Sukses

Ahli Patologi Australia Analisa Cairan dan Jaringan Lambung Mirna

Dosis sianida yang sangat kecil di jaringan lambung Mirna bisa timbul secara alami.

Liputan6.com, Jakarta Selama ini publik terpaku pada penemuan 0,2 miligram per liter racun sianida di lambung Wayan Mirna Salihin. Namun pada sidang ke-18 kasus pembunuhan Mirna, Ahli Patologi Forensik Universitas Queensland, Brisbane, Australia Profesor Dr Beng Beng Ong mengatakan terdapat dua sampel terkait lambung Mirna yang dijadikan barang bukti oleh kepolisian dalam perkara ini.

Pertama 0,1 mililiter cairan lambung yang negatif terpapar sianida, dan kedua sampel jaringan lambung Mirna yang positif terpapar sianida dengan dosis 0,2 miligram perliter.

Fakta ini yang mendasari Ong menyebut Mirna tewas bukan karena keracunan natrium sianida (NaCn). Sebab, dosis sianida yang sangat kecil di jaringan lambung Mirna bisa timbul secara alami.

"Yang juga mengejutkan adalah BB (barang bukti) 4 yang menjelaskan tentang cairan lambung. (Cairan lambung) Ini adalah spesimen yang saya yakini telah diambil dari korban sesegera setelah korban meninggal dunia. Jadi spesimen ini masih belum melalui perubahan pascakematian. Dan hasilnya negatif," jelas Ong dalam kesaksiannya di persidangan, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (5/9/2016).

Diketahui, ayahanda Mirna Darmawan Salihin meminta dokter Unit Gawat Darurat (UGD) RS Abdi Waluyo Ardianto Didiet mengambil sampel cairan lambung Mirna, 70 menit setelah Mirna dinyatakan meninggal dunia.

Sampel tersebut yang kemudian diserahkan kepada polisi dan diikutsertakan sebagai barang bukti kasus kematian tak wajar Mirna.

Lalu mengenai asal-usul sianida di jaringan lambung Mirna yang terdeteksi Ahli Toksikologi Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri Kombes Nur Samran Subadi, Ong menerangkan bahwa ada kajian klinis yang menyatakan sianida dapat muncul secara alami pascakematian seseorang.

Kajian tersebut dituangkan dalam sebuah simposium internasional berjudul 'Diagnostik Forensik dari Keracunan Sianida Akut' yang dirilis tahun 1972.

"Dari artikel ini, adalah mungkin 0,2 miligram perliter sianida di tubuh (Mirna) diakibatkan oleh dihasilkan sianida pascakematian. Simposiumnya memang sudah lama, tapi hingga hari ini tidak ada teori yang membantah," tandas Ong.

Diketahui Kombes Nur Samran Subandi beserta timnya yang menganalisa penyebab kematian Mirna juga tidak dapat menemukan sianida di organ hati dan empedu Mirna. Begitupun di urine korban.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini