Sukses

Langkah Parpol Mencari Penantang Ahok

Ada yang terlihat ragu-ragu ingin mengikuti jejak Nasdem dan Hanura, ada pula yang sudah pasti akan mencari sosok lain.

Liputan6.com, Jakarta - Pilgub DKI yang baru akan digelar pada tahun 2017, membuat sejumlah partai politik berpikir keras. Sebab, Gubernur DKI Jakarat petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sudah menyatakan dirinya akan maju kembali, namun melalui jalur independen.

Dua partai politik, yaitu Partai Nasdem dan Partai Hanura sudah memutuskan untuk mendukung langkah Ahok. Sementara parpol lainnya memutuskan menahan diri. Ada yang terlihat ragu-ragu ingin mengikuti jejak Nasdem dan Hanura, ada pula yang sudah pasti akan mencari sosok lain.

Yang jelas, munculnya Ahok dengan memilih jalur non-parpol membuat parpol tak bisa berlama-lama memunculkan calonnya. Sebagai gubernur petahana, Ahok jelas sudah punyan keuntungan dari sisi popularitas. Sementara calon lain, harus memulai dari awal dengan memperkenalkan diri kepada publik Ibu Kota.

Karena itu, sejumlah parpol mulai menetapkan waktu untuk memunculkan jagoannya. Partai Gerindra, misalnya, saat ini tengah menimbang calon yang akan dimajukan untuk menantang Ahok.

Bakal calon Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, Partai Gerindra hingga kini belum memutuskan akan mendukung dirinya atau tidak. Keputusan itu baru akan terjawab pada akhir Juni mendatang.

"Dari Pak Taufik (Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta) akan ada survei internal dan evaluasi bakal calon dalam waktu dekat. Lalu Juni kembali dilakukan evaluasi dan survei lagi. Nah, akhir Juni baru (diumumkan dukung siapa)," kata Sandiaga di Jakarta, Minggu 27 Maret 2016.

Sandiaga sendiri mengaku tidak terlalu khawatir menanti dukungan tersebut. Saat ini, ia hanya berusaha sebaik mungkin untuk dikenal masyarakat. Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra ini memang punya kans besar, karena berasal dari internal dan namanya cukup dikenal.

Surya Paloh dan Ahok tampak menghadiri pelantikan pengurus Partai NasDem DKI Jakarta, Jakarta, Minggu (20/3/2016). NasDem menjadi parpol pertama yang menyatakan dukungan untuk Basuki sebagai Balon Gubernur DKI Jakarta (Liputan6.com/Johan Tallo)

Namun, meski memiliki jabatan yang cukup tinggi di Gerindra, tidak serta merta ia mendapat dukungan. Partai yang dipimpin Prabowo Subianto itu memiliki mekanisme yang harus dituruti.

"Gerindra adopsi politik modern dan transparan, kalau dirasa bermanfaat dan rakyat tangkap positif, insya Allah pasti diberi dukungan," tutur Sandiaga.

Terkait dengan PAN yang juga mempertimbangkan untuk mendukungnya, dia kembali tidak ambil pusing. Soal dukungan dari partai lain adalah urusan koalisi partai. "Itu mekanisme koalisi partai," tandas Sandiaga.

Sandiaga dan Ahok

Parpol lainnya yang tengah mengelus jagoannya adalah Partai Amanat Nasional (PAN). Sampai saat ini PAN belum menentukan sikap soal sosok yang akan didukung atau diusung dalam Pilkada DKI 2017. Meski begitu, sejumlah nama sudah masuk dalam penilaian, baik dari internal maupun eksternal partai.

‎"Kami dari internal itu ada Suyoto, Bima Arya, Desi Ratnasari. Dari luar tentu ada Pak Ahok, Pak Sandiaga Uno, Yusril Ihza Mahendra. Sudah kita launching sejak sebulan lalu," ucap Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di sela Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) II PAN di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Minggu 27 Maret 2016.

Menurut pria yang karib disapa Zul itu, partainya telah berkomunikasi dengan nama-nama tersebut. Namun, penilaian terhadap siapa yang lebih berkompeten memimpin DKI Jakarta masih perlu dilakukan lebih dalam lagi.

Salah‎ satu langkah untuk melihat penilaian itu adalah dengan melakukan survei. Zul mengatakan, PAN akan melakukan survei pada akhir bulan depan. Sehingga, setelah hasil survei keluar, maka akan segera diketahui nama yang akan diusung atau didukung PAN.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto Bersama Sandiaga Uno menghadiri pelantikan pengurus DPP APPSI di Jakarta, Selasa (22/3). Sandiaga Uno mengantikan Prabowo yang sebelumnya menjadi APPSI. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

"Artinya bulan Mei kita sudah bisa tahu siapa yang diinginkan rakyat DKI, itulah yang akan kita putuskan kita dukung menjadi calon gubernur dan calon wakil gubernur," kata Ketua MPR ini.

Meski demikian, Zul belum mau membeberkan siapa nama terkuat yang didukung oleh PAN. Yang jelas, nama itu harus mempunyai intelektualitas, konsep membangun kota, dan kecerdasan yang diperlukan sebagai pemimpin.

"Bisa dari internal, bisa dari luar. Yang jelas saya kira sudah tidak zaman lagi kita ribut soal agama, soal ras. Sekarang adu gagasan, adu konsep, adu kecerdasan untuk meyakinkan publik. Yang terbaik nanti yang akan dipilih oleh masyarakat," kata Zul.

Nama-nama tadi, di mata dia‎ memiliki persyaratan yang diajukan oleh PAN. Sehingga, keputusan finalnya nanti tergantung dari hasil survei yang dilakukan. Apakah juga didukung oleh rakyat DKI atau tidak.

"Makanya yang kita launching itu yang sudah harus memenuhi kriteria, yang berwawasan kebangsaan. Kalau tidak, kan tidak kita luncurkan," ucap Zul.

Tidak Memilih Ahok

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga masih melakukan survei untuk pencalonan Gubernur DKI Jakarta di Pilgub DKI 2017 dan menyatakan tidak akan mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

"PKB masih dalam posisi survei dan koordinasi dengan partai lain," kata Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kadir Karding usai Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Balai Desa Campursari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah seperti dikutip Antara, Sabtu 26 Maret 2016.

Ia menegaskan PKB tidak akan memberikan dukungan kepada Ahok pada Pilkada DKI mendatang karena yang bersangkutan telah memilih jalur independen. "Kami belum melihat Ahok sebagai alternatif, sebagai solusi," kata Karding.

Ia menuturkan, dengan tidak mendukung Ahok sebagai bakal calon gubernur, salah satu nama yang akan diusung PKB adalah Ahmad Dhani yang sempat disuarakan PKB yang dinilai berpeluang besar menggunakan kendaraan partai ini.

Balon Gubernur DKI Jakarta Ahmad Dhani (kiri) memberikan keterangan saat menggelar pertemuan politik di Jakarta, Jumat (4/3). Dalam pertemuan tersebut, keduanya membicarakan persiapan di Pilgub 2017 mendatang. (Lipitan6.com/Immanuel Antonius)

"Ahmad Dhani itu menjadi salah satu alternatif, karena dia sudah lama menjadi bagian dari PKB," kata Karding.

Ia mengatakan, meskipun menjadi salah satu bakal calon, Dhani masih alternatif yang akan dinilai kekuatan politiknya.

Apabila Dhani dianggap mampu dengan kapasitas, kapabilitas, dan elektablitas yang baik, maka kans Dhani maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta akan semakin besar.

"Kami lihat hasil surveinya, kalau dia bagus, kami calonkan. Kalau enggak, kami calonkan yang lain. Mungkin Dhani kita dorong sebagai wakil," kata Karding.

Harus Berkoalisi

Yang bisa dipastikan, hanya PDI Perjuangan yang bisa melenggang sendiri untuk mengajukan pasangan cagub dan cawagub. Sedangkan partai lain mau tak mau harus berkoalisi karena kursi yang ada tak mencukupi. Karena itu, penentuan calon yang akan diusung akan sangat ketat karena harus dikompromikan dengan parpol lainnya.

Seperti PAN dan PKB, harus berpikir realistis untuk mengajukan calon dari kalangan internal parpol. Selain faktor elektabilitas calon internal, belum tentu pula parpol yang menjadi rekan koalisi menyetujui.

Sedangkan Gerindra relatif lebih enteng, karena dengan 15 kursi yang dipunya, partai ini cukup menggandeng satu parpol lagi untuk bisa memenuhi syarat 22 kursi untuk mengusung calon. Besar kemungkinan Gerindra akan mengusung kadernya sendiri, seperti Sandiaga untuk maju di Pilgub DKI.

(Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Sedangkan parpol lainnya, butuh berkoalisi dengan 3 atau parpol agar bisa mengajukan pasangan calon sendiri. Itu pula yang membuat sejumlah parpol terkesan menunggu pinangan, karena merasa tak akan bisa menjadi suara mayoritas kalaupun mengajak duluan.

PAN dan PKB yang masing-masing punya 2 dan 6 kursi jelas tak punya banyak pilihan selain menunggu ajakan untuk berkoalisi. Bisa dikatakan pula, keinginan untuk mengajukan calon dari internal pun tertutup. Paling mungkin untuk memasukkan kandidatnya sebagai cawagub, meski akan tetap sulit karena akan berhadapan dengan parpol pemilik kursi yang lebih besar.

Untuk PAN dan PKB masih terbuka kemungkinan untuk mendukung calon yang sudah ada, seperti Ahok atau Sandiaga. Apalagi nama kedua orang ini juga sudah masuk dalam bursa penilaian parpol lain. Hanya saja, mungkin ada faktor gengsi harus mengikuti jejak Nasdem (5 kursi) dan Hanura (10 kursi) yang sudah lebih dulu mendukung Ahok.

Sikap menunggu juga diperlihatkan oleh parpol lainnya, yaitu Golkar, PPP, Demokrat, dan PKS. Bisa ditebak, parpol-parpol ini masih melihat peta, karena kesulitan mencari calon yang cukup kuat untuk menantang gubernur petahana. Selain itu, khusus untuk PPP dan Golkar, partai ini masih disibukkan oleh konflik internal.

Jadi, akan sangat menarik melihat langkah selanjutnya dari PKB dan PAN yang punya keterbatasan kursi. Demikian pula dengan Demokrat, Golkar, PPP dan PKS yang punya kursi lumayan, meski harus tetap berkoalisi. Akankah ada nama baru yang muncul atau tetap pada nama-nama yang sudah beredar?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.