Sukses

WHO Deklarasikan Status Darurat Virus Zika

Pengumuman itu membuat dana riset dan vaksin segera menggelontor dengan cepat serta adanya kesiagaan dunia internasional.

Liputan6.com, New York - Badan Kesehatan Dunia PBB, World Health Organisation (WHO) mengumumkan bahwa kerusakan otak pada bayi-bayi yang lahir di Brasil ternyata berhubungan dengan Virus Zika. Namun, lembaga itu mengatakan belum ada pembuktian yang valid.

Oleh sebab itu, mereka mendeklarasikan status darurat kesehatan masyarakat untuk seluruh dunia.

Penetapan itu diumumkan oleh Direktur WHO Margaret Chan. Dengan demikian, dana riset bakal turun dengan cepat untuk meneliti apakah nyamuk penyebab Zika bertanggung jawab atas banyaknya jumlah kelahiran bayi dengan ukuran kepala tidak normal alias mikrosefalus.

Status itu juga membuat aksi pencegahan perempuan untuk hamil semakin ketat demi mengontrol nyamuk dan menghentikan penyebaran virus.

"Ribuan bayi lahir dengan kondisi mikrosefalus adalah sebuah tragedi luar biasa dan ancaman bagi kesehatan manusia di seluruh dunia," kata Chan dalam pengumumannya seperti dilansir The Guardian, Senin 1 Februari 2016.

"Anggota komite setuju bahwa kondisi ini merupakan darurat kesehatan internasional, dan saya terima keputusan itu," tambahnya lagi.

Chan sebelumnya dikritik karena telah mengambil langkah yang lambat. Mirip dengan penetapan status Ebola di Afrika Barat yang menyebar nyaris ke seluruh dunia.

Menurut Prof. David Heyann, kepala komite status darurat WHO menegaskan bahwa isu serius itu sendiri bukan Virus Zika, karena 'hanya' menyebabkan demam sedang. Melainkan kasus mikrosefalus pada bayi.

"Zika sendiri tidak menjadikan kekhawatiran massal bagi petugas medis, namun kelahiran bayi-bayi anomali dari ibu tertular virus itu," ujar Heyann.

"Tidak ada infeksi serius, jadi sangat sulit mengambil langkah keputusan penentuan status darurat ini," imbuhnya lagi.

Kasus mikrosefalus ditemukan di Brasil dan sebelumnya pada 2014, ternyata ada kasus di Polinesia.

"Itu yang menunjukkan bahwa virus tersebut telah menyebar," tutup Heyann.

Brasil yang menjadi awal tempat penyebaran virus itu telah menerjunkan ribuan tentara untuk membasmi jentik-jentik nyamuk.

Deklarasi WHO ini diharapkan dapat menemukan segera vaksin pencegahannnya.

"Kalau beruntung, bisa 3 tahun. Tapi jika tidak, bisa 5 tahun," kata Jacques Wagner, periset Brasil yang sedang bekerja sama dengan ilmuwan AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.