Sukses

Hai, Saya Intel...

Seorang intelijen seharusnya memegang teguh semboyan 'berani tidak dikenal, mati tidak dicari, berhasil tidak dipuji, dan gagal dicaci maki'

Liputan6.com, Jakarta - Ini bukan cerita sosok Sukab seperti yang digambarkan Seno Gumira Ajidarma. Sukab adalah seorang 'Intel Melayu' dengan pakaian khas menyerupai detektif Amerika Dick Tracy. Dia mempunyai tugas menelusuri aset hasil korupsi selama 30 tahun. Namun dalam perjalanan tugasnya, Sukab selalu gagal.

Istilah Intel Melayu dipersepsikan sebagai petugas yang seharusnya menyamar dan mampu berbaur untuk mengorek informasi, namun terang-terangan mengumumkan dirinya sebagai mata-mata.  

Lain Sukab lain cerita dengan Banyu Biru Djarot. Bila cerita Sukab cukup tergambar dalam cerita bergambar karya Seno, tapi cerita Banyu nyata adanya. Putra sutradara Eros Djarot tersebut terang-terangan mengunggah foto selembar surat berisi pengangkatan dirinya sebagai anggota Badan Intelijen Negara (BIN).  

Di bawah foto tersebut, empunya akun menuliskan kalimat: Alhamdullilah. Apa yang diunggah pengusaha muda itu mendadak menjadi sorotan netizen. Screenshoot jejaring sosialnya tiba-tiba menyebar luas.

Tidak sedikit dari mereka yang bertautan dengan akun Banyu Biru memberikan emoji hati. Namun tidak sedikit juga yang berkomentar nyinyir.

"Jadi Intel kok ngaku, pakai posting pula", "Nge-share SK di medsos nggak sekalian di laminating", "Pamer SK jadi anggota BIN, duhh Mas Banyu".

Berdasarkan foto tersebut, pengusaha muda tersebut akan ditempatkan di Dewan Informasi Strategis dan Kebijakan (DISK) BIN. Surat tersebut ditetapkan di Jakarta, 31 Desember 2015. Yang menandatangani adalah Kepala BIN Sutiyoso.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Klik!

Tidak butuh waktu lama membuat geger jagat dunia maya. Sekali unggah, dalam hitungan detik dan jam beberapa 'pengikut' sang selebritas sekaligus pengusaha muda ini mudah tersebar. Klik!

Sekejap saja respons mendukung bahkan juga nyinyir ditujukan kepada Banyu Biru. Berikut isi surat yang menggegerkan jagad dunia maya.

Petikan
Keputusan Badan Intelijen Negara
Nomor KEP-311/XII/2015
Tentang
Pengangkatan Dewan Informasi Strategis dan Kebijakan
Badan Intelijen Negara
Kepala Badan Intelijen Negara


Menimbang: -dst-
Mengingat: -dst-
Memperhatikan: -dst.


Memutuskan
Menetapkan:


Kesatu: Kepada yang namanya tersebut dalam lajur 2 lampiran keputusan ini diangkat sebagai dewan Informasi dan strategis Kebijakan Badan Intelijen Negara terhitung mulai tanggal sebagaimana tersebut dalam lajur 3 dengan jabatan sebagaimana tersebut dalam lajur 4.


Kedua: Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.


Ketiga: Petikan Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya.


Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 31 Desember 2015
Kepala Badan Intelijen Negara
ttd
Sutiyoso

Lampiran
Keputusan Kepala Badan Intelijen Negara
Nomor: KEP-311/XII/2015
Tanggal: 31 Desember 2015
No. 18
Nama: Banyu Biru, B.Sc
TMT Pengangkatan: 01-01-2016 s.d 31-12-2016
Jabatan: Anggota Bidang Politik
Kepala Badan Intelijen Negara
ttd
Sutiyoso

Untuk Petikan yang Sah
Badan Intelijen Negara
Kepala Biro Kepegawaian
Suharyanto S.Sos,MM

3 dari 4 halaman

Surat dari Kawan Lama

Banyu Biru dan Sutiyoso bukanlah kawan baru. Keduanya adalah tokoh yang cukup dipandang di tengah masyarakat. Sutiyoso selain moncer dalam karier militer, juga dianggap sukses menata Jakarta dengan tegas.

Bukan hanya sebagai orang yang berada di dalam satu lingkaran tokoh, keduanya juga menjalin keakraban dalam upaya mewujudkan monorel di Ibu Kota, tepatnya saat Sutiyoso menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Hal itu terkuak saat kembali bangkitnya proyek monorel di saat kepemimpinan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Maklum saja, sebelumnya megaproyek ini mati suri. Rabu 16 Oktober 2013, Gubernur Jokowi resmi melakukan ground breaking kelanjutan proyek monorel, di kawasan Kuningan Jakarta Selatan.

Saat itu PT Jakarta Monorail (JM) memutuskan menggaet Ortus Group sebagai investor pada proyek pembangunan moda transportasi monorel di ibukota. Perusahaan investasi ini optimistis mampu menyelesaikan proyek yang disiapkan untuk mengatasi kemacetan di DKI Jakarta.

Nama Banyu Biru Djarot di dalam jajaran Ortus adalah sebagai Business Development Director Ortus Group.

Dalam kesempatan terpisah, Kamis 14 Februari 2015 Banyu Biru Djarot, kepada Liputan6.com mengatakan keterlibatan perusahaan dalam megaproyek ini sebetulnya telah sejak lama berlangsung.

Ketika Gubernur DKI Jakarta masih dijabat Soetiyoso, Ortus group telah diundang untuk ikut dalam program pengurangan kemacetan Jakarta. "Ortus tak memenangkan tender. Secara sisi business to business kami memang mau masuk," kata Banyu.

Ortus Group merupakan perusahaan investasi dan manajemen aset yang telah lama bergerak dalam 4 sektor, yaitu infrastruktur, energi, properti, dan logistik. Saat ini, Ortus mengklaim telah memiliki portofolio hingga mencapai US$ 1 miliar.

Adapun keterlibatan Ortus dalam proyek monorel, kata Banyu, karena visi perusahaan dan pemilik perusahaan Edward Soerjadjaya sejalan gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.

Rencananya, proyek monorel yang dibangun sepanjang 30 kilometer dan dibagi dalam dua rute, yaitu rute Jalur Hijau yang melintasi Kuningan - Dukuh Atas - Pejompongan - Senayan - Gatot Subroto - SCBD. Rute ini diperkirakan terbentang sepanjang 14,5 km.

Rute kedua atau Jalur Biru akan membentang sepanjang 15,5 km mulai dari Kampung Melayu - Tebet - Casablanca - Tanah Abang - Mall Taman Anggrek.

Saat kampanye Pemilihan Presiden 2014 lalu, Banyu Biru dikenal sebagai salah satu relawan yang menggagas Kawan Jokowi.

4 dari 4 halaman

Banyu Biru Dicoret

Setelah beredarnya screenshoot, Kepala BIN Sutiyoso langsung mengambil langkah tegas. Bang Yos akan segera mengevaluasi organik yang ada di lembaga yang bermarkas di Rawajati, Kalibata, Jakarta Selatan.

"Intinya, nanti semua anggota organik akan kita evaluasi," kata Sutiyoso kepada Liputan6.com, Senin (1/2/2016).

Tidak terkecuali evaluasi akan dilakukan terhadap struktur yang ditempati Banyu Biru, yaitu di Dewan Informasi Strategis dan Kebijakan (DISK) BIN.

"Kita lihat nanti apakah anggota itu capable atau tidak. Banyu Biru dipastikan dicoret, itu makanya kita evaluasi," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Secara sifat, surat yang di-posting Banyu Biru di sosial media itu bersifat rahasia. Artinya, surat tersebut hanya untuk kepentingan kedinasan dan bukan untuk konsumsi publik.

"Sebenarnya tidak boleh kayak begitu (disebarluaskan)," kata Bang Yos.

Banyu Biru
Bang Yos mengakui dirinya yang menunjuk dan mengangkat Banyu Biru sebagai organik BIN. Namun, tidak dimungkiri dirinya keliru dalam memilih orang.

"Yang menunjuk itu ya saya kan, tapi bisa saja itu keliru," ujar Sutiyoso di Istana Kepresidenan Jakarta.
‎
"Karena itu semua dievaluasi. Personel BIN itu semua dievaluasi baik yang struktural maupun nonstruktural. Ini kan masukan yang bagus. Kalau kita evaluasi, nanti lihat saja keputusannya," kata Bang Yos.

Bang Yos justru menganggap tindakan Banyu yang memamerkan SK pengangkatan dirinya sebagai bagian dari intel itu sebagai suatu hal yang bagus. Sebab, dengan adanya peristiwa itu, ia dapat menilai apakah Banyu cocok menjadi bagian dari BIN.

"Kita jadi cepat tahu bahwa, oh orang ini tidak cocok tugas-tugas di intelijen," ucap dia.

Liputan6.com berupaya mengonfirmasi Banyu Biru pada Senin (1/2/2016) sekitar pukul 17.00 WIB, terkait motif dirinya menyebarluaskan surat tersebut di media sosial. Namun, telepon genggamnya tidak aktif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini