Sukses

JK: Pemerintah Marah Saat TV Kusrin Dibakar

JK menyarankan agar kantor para peneliti tidak berada di pusat kota melainkan di daerah industri.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK mengatakan pemerintah mengapresiasi tinggi terhadap Kusrin, inovator pembuat televisi rakitan. Karena itu, pemerintah marah besar saat mengetahui barang itu disita Kejaksaan Negeri Karanganyar dan dibakar.

"Kenapa pemerintah marah saat orang marah besar ketika televisi rakitan dibakar-bakar? Inovasi perlu dihargai," tegas JK dalam Rakernas Kemenristekdikti di Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, Senin (1/2/2016).

Apa yang dilakukan Kusrin, lanjut JK, lebih berarti ketimbang peneliti dengan gelar tinggi tapi tak ada sumbangsih pada negara. Seringkali para peneliti hanya duduk-duduk di kantor sambil membaca koran.

"Peneliti jangan baca koran saja, maaf saya ulangi lagi, tapi jangan tersinggung. Saya dulu Jumatan di situ (Kantor BPPT), saya lihat hanya baca koran saja, tidak lihat mikroskop dan tidak kaji masa depan bangsa," tutur JK.

Mantan Ketua Umum Golkar ini juga menyarankan agar kantor para peneliti tidak berada di pusat kota melainkan di daerah industri. Hal ini diperlukan agar terjadi kesinambungan antara teknologi yang dibutuhkan di bidang usaha dan pengembangannya oleh para peneliti.

"BPPT masa di Thamrin, di tempat macet, peneliti semua harusnya di area tenang. Harusnya pergi ke Serpong, hasilkan sesuatu," ujar JK.

Perakit televisi asal Karanganyar, Jawa Tengah, Muhammad Kusrin mencuri perhatian Presiden Joko Widodo. Pria yang akrab disapa Jokowi itu bangga bercampur kaget atas apa yang dilakukan Kusrin. Jokowi meminta Kementerian Perindustrian untuk membantu mematenkan merek televisi 'buatan' Kusrin.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, Kusrin akan dibantu Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah agar dapat segera mematenkan merek produknya. 3 Merek yang kini dimiliki Kusrin adalah Maxreen, Veloz, dan Zener.

"Kami akan membantu agar ini bisa cepat dipatenkan," ujar Saleh saat dihubungi Liputan6.com, Senin 25 Januari 2016.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.