Sukses

Kisah Pilot Perempuan Arab, Balas Kebencian dengan 'Cinta'

Nawal al-Hawsawi punya atribut yang membuatnya beda dari perempuan Arab lain: warna kulit, menikahi pria asing, dan profesi sebagai pilot.

Liputan6.com, Mekah - Tak melulu kejahatan dibalas dengan hal serupa. Salah satunya seperti yang dilakukan wanita bernama Nawal al-Hawsawi ini.

Meski mendapat perlakuan diskriminatif sekaligus rasisme, ia tak pernah marah. Malah al-Hawsawi membalasnya dengan cinta.

Al-Hawsawi punya atribut yang membuatnya bisa dipandang rendah atau negatif di Arab Saudi: kulitnya yang gelap, punya pekerjaan 'menyetir' pesawat alias pilot, dan menikah dengan pria Barat.

Namun Al-Hawsawi justru menjadi bintang di media sosial dengan sekitar 50 ribu pengikut-- meski tak semua adalah fansnya -- di Twitter. Namun, ia selalu menjawab kritikan yang diarahkan padanya dengan 'cinta'.

Tak hanya itu, ia pun sering memposting pesan-pesan keberagaman rasial dan persamaan hak dalam perkawinan. Berkat itu semua, perempuan Arab Saudi tersebut menjadi bintang di media sosial.

Al-Hawsawi sudah lama menerima pelecehan verbal, yang terkini terjadi pada akhir Desember 2015 lalu.  Salah satunya adalah kiriman gambar gorila untuk mengejek latar belakangnya sebagai perempuan keturunan Afrika, lainnya mengolok-olok perempuan yang besar di Mekah ini sebagai 'budak'.

Perlakuan tak mengenakkan -- kecaman dan pelecehan verbal -- itu dialaminya usai Al-Hawsawi menikah dengan pria dari Amerika Serikat, sebelum kembali ke Arab Saudi beberapa tahun lalu. Saat itu dirinya juga tengah menempuh pendidikan untuk menjadi pilot.

Upaya Al-Hawsawi untuk mengangkat isu rasisme bermula dari ejekan yang dilontarkan seorang perempuan.

Rasisme merupakan kejahatan di Arab Saudi dan Al-Hawsawi menuntut perempuan itu.

Nawal Al-Hawsawi, perempuan yang membalas perlakuan diskriinatif di dengan 'cinta'. (Twitter)

Tetapi setelah melakukan pertemuan dan bicara dari hati ke hati, perempuan yang mengejeknya meminta maaf dan kasus itu dibatalkan. Keduanya sampai sekarang menjadi teman baik.

Cerita ini menjadi berita utama di sejumlah media dan Al-Hawsawi tampil di televisi untuk membicarakan apa yang terjadi. Kisah ini tidak berhenti sampai di situ, ia mulai menulis pesan di Twitter untuk mengangkat kesadaran tentang rasial dan juga kekerasan rumah tangga.

"Mereka tidak suka cuitan saya tentang perkawinan, persamaan dan persatuan," katanya kepada BBC Trending yang dikutip Selasa (12/1/2016).

"Aku mewakili semua hal yang mereka benci... Aku seorang perempuan Saudi yang menikah dengan orang asing. Mereka anti-Amerika. Suami saya putih, saya hitam. Mereka mengecam perkawinan antarras. Mereka menganggap perempuan tak perlu kerja," imbuhnya.

"Jadi melihat wanita yang tidak hanya bisa menyetir mobil namun juga memiliki lisesnsi sebagai pilot adalah sesuatu yang tak bisa diterima. Mereka tidak suka pesan-pesan saya tersebar melalui banyak orang," tambahnya.

Namun Al-Hawsawi tak tinggal diam. Ia mengirim pesan-pesan yang ia terima kepada Kementerian Dalam Negeri setempat, dan menyatakan akan melacak pengirim pesan yang sering tak menggunakan nama asli.

Ia juga mengatakan belajar banyak antara lain dari Mandela, Martin Luther King dan Gandhi.

"You don't fight hate with hate. You can light a candle and stay positive. It just makes you stronger (Jangan melawan kebencian dengan kebencian. Kita dapat menyalakan lilin dan tetap positif. Dengan itu kita akan tetap kuat)," katanya.

"They can be taught to love, for love comes more naturally to the human heart than its opposite (Mereka dapat diajari tentang cinta, karena cinta datang lebih alami ke hati manusia), " posting Al-Hawsawi mengutip kata-kata Mandela dalam Twitter @BBCWorld.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.