Sukses

Ancaman Pembantaian di Gereja AS Dihentikan dengan Kalimat Ini

Malam itu, 31 Desember 2015, tiba-tiba seorang pria masuk ke dalam gereja. Dengan mengacungkan senjata.

Liputan6.com, Fayetteville - Malam itu, 31 Desember 2015, pendeta Larry Wright sedang berceramah di depan para jemaatnya di North Carolina, Amerika Serikat. Tiba-tiba, seorang pria masuk ke dalam gereja. Dengan mengacungkan senjata.

Tamu tak diundang membawa senapan di satu tangan tangan, lainnya membawa ammo magazine -- alat penyimpanan dan pengisian amunisi yang menyatu dengan senjata --berisi peluru-peluru yang mengilat.

"Aku menjadi orang pertama yang melihatnya. Awalnya, aku mengira itu senjata palsu atau tiruan. Namun, kemudian, aku melihat peluru-peluru di tangannya mengkilap," kata Wright yang pensiunan sersan Angkatan Darat itu, seperti dikutip dari CNN, Senin (3/1/2016).

Sadar bahaya mengancam, Wright berusaha tetap tenang. Ia menghampiri pria itu dan bertanya, "Ada yang bisa saya bantu?"

Kepada surat kabar AS Fayetteville Observer, Wright mengaku, seandainya pria itu antagonis atau mengancam, ia sudah siap menggunakan tubuhnya yang besar untuk meringkusnya.

Namun, entah bagaimana, pria bersenjata itu justru minta didoakan. Kala itu, 20 menit sebelum tengah malam, Wright  menyelesaikan ibadah malam tahun baru dan kembali memimpin doa di altar.

Pendatang gelap -- yang sudah dilucuti senjatanya -- ikut sebagai jemaat dan duduk di barisan depan.

Kepada jemaat yang berjumlah 60 orang, pelaku meminta maaf dan mengakui, malam itu ia berniat melakukan hal buruk.

Wright menggambarkan pria itu sebagai sosok yang terganggu secara emosional. Pelaku mengaku baru keluar dari penjara, usianya akhir 20-an atau awal 30-an.

Polisi segera datang mengamankan pelaku, yang dianggap mengganggu keamanan masyarakat.

Hingga berita ini diturunkan, belum jelas identitas pasti pelaku dan apa motifnya berniat membawa senjata ke dalam gereja.

Wright, yang memimpin Heal the Land Outreach Ministries di Fayetteville, yakin, pria itu akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa kesehatan mentalnya.

Juru bicara kepolisian Lt. David McLaurin mengaku belum mengetahui nasib pelaku, atau apakah ia bakal dikenai dakwaan.

"Dia kemungkinan tak dianggap telah mengancam seseorang atau melakukan perbuatan kriminal," kata dia.

Allison Woods, salah satu jemaat mengaku, apa yang terjadi malam itu sungguh di luar dugaan. Awalnya, ia mengira, kalimat, 'Ada yang bisa saya bantu' adalah bagian kitab suci yang dibacakan sang pendeta.

Untung tak ada malapetaka yang terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.