Sukses

Perjalanan Ekstrem Berangkat Sekolah Ahmad Dhani

Rintangan berbahaya itu harus dilalui para pelajar. Sungai ini konon juga dihuni oleh puluhan ekor buaya yang sering terlihat di malam hari.

Liputan6.com, Bengkulu - Sulitnya akses menuju sekolah tak menyurutkan langkah dua pelajar SMP Negeri 10 Kota Bengkulu, Ahmad Dhani dan Rusmaryanto, untuk terus mengenyam bangku pendidikan.

Bukan hanya jalan berbatu dan berlumpur yang harus ditempuh. Dua pelajar yang tinggal di Kelurahan Rawa Makmur ini juga harus melewati rintangan ekstrem, yakni jembatan gantung dengan kondisi rusak parah.

Rintangan itu harus dilalui para pelajar sebelum bisa menapakkan kaki ke sekolah yang berjarak 3 kilometer dari rumahnya. Dengan penuh kewaspadaan, mereka saling memperingatkan saat meniti papan yang sudah lepas sebagian.

Belum lagi tali besi atau sling yang berkarat dengan kondisi sangat mengkhawatirkan. Kondisi ini tentu saja menjadikan aktivitas penyeberangan ini penuh risiko.

"Kamu jalan duluan, hati-hati di tengah itu ada satu tali yang tidak bisa dipegang lagi," ujar Dhani sambil merapikan celana seragam pramukanya.

Jembatan Gantung Bengkulu

 



Dibelakang mereka sudah berdiri seorang ibu bernama Rusmanah yang antre untuk menyebrang. Dengan mata waspada, ibu 3 anak ini memperhatikan setiap langkah kedua pelajar kelas VII itu.

Rusmanah mengaku tidak punya pilihan lain untuk menyeberang ke Kelurahan Sukamerindu menemui saudaranya itu. Jika menempuh jalan ini dia bisa menghemat waktu hingga 2 jam, karena selisih jarak tempuh mencapai 5 kilometer.

"Jika lewat jalan lain, saya harus keluar ongkos lagi sebab harus naik angkutan kota 2 kali, waktu juga lebih lama," tegas Rusmanah.

Setibanya diujung jembatan, Dhani dan Yanto mengatakan, keinginan untuk tetap bersekolah memaksa mereka menempuh risiko, harus melewati jembatan yang di bawahnya mengalir air Sungai Bentiring dengan kedalaman hingga 10 meter.

Jembatan Gantung Bengkulu

Sungai ini konon juga dihuni oleh puluhan ekor buaya yang sering menampakkan diri di malam hari.

"Rasa takut dan risiko tercebur di aliran sungai harus kami kubur dalam-dalam, orang tua kami tidak memberikan pilihan lain, jika ingin sekolah kami harus melewati semua risiko ini," tegas Dhani.

Ketua RT 3 Rawa Makmur Helmi Ningsih mengaku sudah memperjuangkan usulan kepada pemerintah Kota Bengkulu untuk bisa memperbaiki jempatan ini. Tapi hingga sekarang belum ada respon.

"Kita sudah usulkan dan masih harus menunggu, tetapi sampai kapan, kami belum tahu," jelas Helmi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.