Sukses

Musim Hujan Tiba, Warga Bogor Diimbau Waspadai Hepatitis

Hepatitis merupakan salah satu penyakit yang kerap terjadi di musim penghujan, selain demam berdarah dengue (DBD) dan diare.

Liputan6.com, Bogor - Atas merebaknya kasus hepatitis di wilayah Bogor, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bogor, Jawa Barat, meminta masyarakat semakin mewaspadai penyakit tersebut.

Menurut Dinkes Bogor, hepatitis merupakan salah satu penyakit yang kerap terjadi di musim penghujan, selain demam berdarah dengue (DBD) dan diare.

Kasus hepatitis A menyerang 95 santri Darul Muttaqien di wilayah Parung, Bogor, Oktober lalu. Kasus juga menimpa puluhan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), awal bulan ini.

"Penyakit ini bisa menular lewat makanan atau minuman. Dan sudah banyak yang terjangkit penyakit ini, jadi kami minta waspada," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PKL) Dinkes Kabupaten Bogor Kusnadi, Minggu (13/12/2015).

Menurut Kusnadi, penyakit tersebut terjadi akibat kondisi air yang kurang bersih serta kurangnya memperhatikan pola hidup bersih dan sehat.

"Penyakit hepatitis bisa menjadi ancaman karena dapat menyerang siapa saja. Tapi, penyakit ini bisa sembuh dengan meminum obat sesuai anjuran dokter dan istirahat yang cukup," ujar dia.

Untuk kasus yang kini sedang terjadi di IPB, Dinkes akan mengambil langkah serius untuk penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) hepatitis A.

Langkah yang dilakukan berupa penyuluhan kepada mahasiswa dan pemilik kantin di dalam maupun luar kampus IPB. Selain itu, dalam waktu dekat, Dinkes juga akan melakukan kaporisasi sumur dan disinfektan di setiap indekos maupun asrama mahasiswa.

"Pemeriksaan kesehatan bagi mahasiswa dan civitas akademika sudah kami lakukan sejak Jumat kemarin. Selanjutnya, akan dilakukan penyuluhan agar mereka sadar dalam menjaga kebersihan lingkungannya," jelas dia.

Dihubungi terpisah, Camat Dramaga Baihaki meyakini munculnya penyakit hepatitis yang menyerang mahasiswa IPB karena buruknya sanitasi di setiap tempat kos.

Berdasarkan hasil pantauannya dengan petugas kesehatan 2 hari lalu di Desa Babakan, ia melihat hampir sebagian besar tempat kos di wilayah itu meletakkan septic tank dan sumur secara berdekatan.

"Jadi tidak aneh kalau muncul bakteri E.coli atau virus lainnya. Lihat saja septic tank sama sumur jaraknya deket. Bangunan rumahnya juga rapat," terang Basuki.

Seharusnya, kata dia, para pemilik tempat kos membuat septic tank komunal dan menggunakan air dari PDAM. "Harusnya pemilik kosan menyadari hal ini. Pakai air PDAM," tukas Basuki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini