Sukses

PR Ahok untuk Kadis Tata Air DKI Teguh Hendrawan

Ahok ingin agar seluruh sumber daya dan sarana yang dimiliki Pemprov dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk penanggulangan ancaman banjir

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Basuki Tjahaja Purnama sudah mempersiapkan setumpuk pekerjaan untuk Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta yang baru, Teguh Hendrawan. Pria yang akrab disapa Ahok itu menugaskan Teguh untuk memeriksa seluruh anggaran perawatan pompa dan swakelola alat berat milik Pemprov DKI Jakarta.

"Dia (Teguh) harus periksa seluruh anggaran untuk perawatan pompa, termasuk swakelola alat berat semua," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (3/12/2015).

"Karena alat berat semua hampir nggak jalan. Aneh gitu lho. Duit ada, truk ada," imbuh dia.

Mantan Bupati Belitung Timur itu ingin agar seluruh sumber daya dan sarana yang dimiliki Pemprov dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk penanggulangan ancaman banjir. Selain itu Pemprov DKI Jakarta juga dapat bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk mengeruk sungai.

"Kalau perlu pasir urukan, saya keruk dari sungai. Kan kiriman banjir. Di muara, pasir bagus-bagus, di delta-delta pasir bagus. Dari Walikota Timur di BKT (Banjir Kanal Timur), ada pengusaha yang bersedia membayar solar dan operator asal eskavator dipinjemin ke dia buat keruk pasir di sungai," jelas Ahok.

Ahok juga meminta Teguh melakukan pembangunan tembok utara semaksimal mungkin. Ia sudah menggodok matang perencanaan itu.

Dia menerangkan, anggaran untuk membangun tembok sepanjang 90 kilometer di pinggir Teluk Jakarta membutuhkan anggaran 15 triliun. Jika dianggarkan dalam dua periode, maka Pemprov hanya mengeluarkan uang Rp 7,5 miliar pertahun.

Selain solutif, pembangunan tembok di utara Jakarta lebih hemat dibanding biaya membetulkan jalan yang rusak setiap tahun akibat banjir rob.

"Ini 90 kilometer di utara, tidak hujan saja pasti banjir. Karena air laut naik 2,8 meter, ya kita tutup tembok. Itu anggarannya Rp 15 Triliun. Kalau kerjakan 2 tahun hanya Rp 7,5 Triliun pertahun. Kita pemborosan aja yang saya sisir dapat Rp 4 Triliun," papar Ahok.

Ahok menduga, ada faktor kesengajaan dari Dinas Tata Air Jakarta yang sebelumnya disebut Dinas Pekerjaan Umum untuk membiarkan masalah ini. Hal ini karena akan ada dana yang mengucur untuk perbaikan setiap kali ditemukan kerusakan jalan. Dana-dana inilah yang diduga Ahok menjadi incaran pihak-pihak terkait.

"Kalian nggak pernah heran jadi orang Jakarta? Berpuluh-puluh tahun, pasti banjir rob dari utara. PU tidak pernah tutup pakai tembok? Karena apa? Supaya jalanannya hancur melulu. Duitnya keluar melulu. Alasannya itu aja," tandas Ahok.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.