Sukses

'Obat Kuat' untuk MKD Demi Usut Pencatut Nama Jokowi

Dengan adanya konflik ini, menurut aktivis, justru pihak asing yang diuntungkan.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah mahasiswa mendatangi Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR.‎ Tujuannya cuma 1, para aktivis Parlemen Watch Mahasiswa Indonesia (PWMI) itu meminta MKD mengusut tuntas laporan Menteri ESDM Sudirman Said terhadap politikus berinisial SN diduga Ketua DPR Setya Novanto terkait perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia.

"Kami merasa terpanggil dengan situasi negara saat ini adanya konflik antarlembaga, konflik menteri dengan menteri, begitu juga dengan konflik menteri dengan Ketua DPR," ucap Ketua PWMI Aziz Zulkarnaen di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (19/11/2015).

Selain itu, para mahasiswa ini juga membawa 'obat kuat' 2 butir untuk MKD DPR. 'Obat kuat' berwarna merah putih yang terbuat dari styrofoam itu ditujukan, agar MKD kuat dalam mengusut laporan Sudirman itu. Sebab dengan adanya konflik ini, maka justru pihak asing yang diuntungkan.

"Untuk itu kami meminta MKD untuk tetap bekerja menjaga marwah DPR dan tidak terpengaruh terhadap tekanan asing yang berniat menjatuhkan lembaga negara kita sendiri," kata dia.

Aziz menambahkan, pihaknya juga mendesak MKD mencari tahu motif serta tujuan perekaman yang melibatkan pimpinan DPR dengan Freeport. Serta mengusut dengan jelas tentang mekanisme penyadapan yang didapat Sudirman itu.

Apakah bisa setiap orang atau lembaga dengan mudah menyadap dan merekam pembicaraan tanpa mengikuti aturan yang ada.

"Karena kami mencurigai adanya skenario besar yang hanya ingin memperkeruh situasi politik Indonesia," ujar Aziz.

Menteri ESDM Sudirman Said pada Senin 16 November 2015 melaporkan anggota DPR ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), terkait dugaan pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla (JK), untuk perpanjangan kontrak perusahaan tambang raksasa PT Freeport Indonesia. Dalam laporan itu, Sudirman melaporkan anggota DPR berinisial SN.

Ketua DPR Setya Novanto telah membantah tudingan miring yang mengaitkan dirinya dengan inisial SN. Menurut dia, dirinya tidak pernah bertemu dengan Sudirman Said. Namun dia mengakui pernah bertemu pejabat PT Freeport Indonesia.

"Yang pertama tentu saya melihat di media bahwa saya (dikatakan) membawa atau mencatut nama presiden," kata Setya Novanto di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 17 November lalu.

‎"Tapi yang jelas bahwa Presiden, Wapres adalah simbol negara yang harus kita hormati dan juga harus kita lindungi," ujar Setya Novanto‎. (Ans/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini