Sukses

PM Prancis Sebut Teror Paris Akan Berlanjut

Perdana Menteri Prancis Manuel Valls meminta agar kewaspadaan terus ditingkatkan.

Liputan6.com, Paris - Paris diterjang teror. Enam tempat di ibu kota Prancis ini menjadi saksi bisu aksi keji yang dilakukan kelompok teroris ISIS.

Sebanyak 129 nyawa tak berdosa melayang akibat peristiwa ini, sementara 200 orang lainnya menderita luka-luka.

Sejuah ini polisi Prancis sudah mengidentikasi 7 orang pelaku. Bahkan satu orang otak serangan yang telah diketahui. Dia adalah Salah Abdel Salem. Pria Belgia yang ada di tempat serangan tapi berhasil kabur.

Meski sekarang aksi teror sudah usai, Perdana Menteri Prancis Manuel Valls meminta agar kewaspadaan terus ditingkatkan. Sebab, aksi teror lanjutan masih berpotensi terjadi.

"Kami tahu bahwa operasi tersebut sedang dan terus disiapkan," Valls menjelaskan.

Baca Juga

Valls pun meminta agar kewaspadaan tidak hanya ditingkatkan di Prancis, tetapi juga di seluruh negara di Benua Eropa.

Hal ini karena ia yakin target serangan bukan cuma di negaranya saja, tetapi di seantero Benua Biru.

"Ini bukan cuma ditargetkan ke Prancis, tetapi juga negara-negara di Eropa lainnya," tutur Valls seperti dikutip dari BBC, Senin (16/11/2015).

"Kami sedang membuat kerangka hukum mengenai keadaan darurat ini untuk menanyakan siapa saja yang menjadi bagian dari gerakan radikal dan mengajarkan kebencian pada Republik."

Serangan bersenjata terjadi di gedung konser Bataclan di Paris, Prancis, pada Jumat, 13 November 2015 malam waktu setempat. Lebih dari 100 orang tewas dan ratusan lainnya turut terluka.

Pada hari yang sama juga terjadi ledakan bom di dekat stadion Stade de France yang sedang menggelar pertandingan, antara tim nasional Prancis melawan Jerman. Sejumlah orang juga diduga tewas akibat ledakan bom di sekitar stadion ini.

Kelompok ISIS mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab terkait serangan yang menewaskan sekitar 150 orang di Paris, Prancis, pada Jumat, 13 November 2015 malam waktu setempat.

Kelompok teroris itu menyatakan telah mengirim 'pejuangnya' yang diikat dengan sabuk bom bunuh diri dan membawa senapan mesin ke berbagai lokasi di jantung ibu kota Prancis.

Serangan itu, kata kelompok ekstrem ini, dirancang untuk menunjukkan Prancis akan tetap menjadi target utama untuk kelompok 'jihad' selama negara ini terus menentang kebijakan mereka. (Ger/Mut)**

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.