Sukses

Ketika Nyawa Hanya Dihargai Rp 2 Ribu

Setelah PBB membuat keputusan, 80 ribu tentara India menduduki Kashmir.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menghargai sepenuhnya perbedaan antar umat beragama. Meski Islam menjadi agama mayoritas, tapi perlakuan umat muslim kepada umat beragama lain tak berbeda. Namun, perlakuan berbeda terjadi di Kashmir. Wilayah yang diperebutkan India dan Pakistan ini, 80 persen muslim dan mereka mendapat perlakuan tidak adil.

"Kalau Islam mau sembelih sapi seperti saat Idul Adha, mereka bisa dihukum mati karena sapi itu dewa umat Hindu. Hal itu berlaku sampai abad 19 dan 20," kata Ketua Kashmir Solidarity For‎um Zahir Kahn, di Gedung Kedutaan Besar Pakistan, Jakarta, Minggu 20 September 2015.

"Tapi, kalau orang Hindu bunuh orang Islam hanya didenda 20 Rupe atau hanya Rp 2 ribu. Jadi orang muslim tidak diberi hak untuk hidup sebagai warga negara, tidak ada keadilan. Dari bidang ekonomi sampai pendidikan," sambung dia.

Pernyataan ini disampaikan Khan dalam peringatan 50 tahun kemenangan Pakistan atas India, dalam perang yang terjadi pada 1965 silam. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pun telah turun tangan memberikan kebebasan bagi penduduk Kashmir masuk jadi bagian Pakistan.

Namun, hal itu tidak terlaksana dengan baik. Mantan Diplomat RI itu menjelaskan, setelah PBB membuat keputusan seperti itu, 80 ribu tentara India menduduki Kashmir.

"80 Ribu tentara India di Kashmir.‎ PBB berkali-kali buat resolusi untuk tentukan nasib sendiri mau gabung Pakistan atau India. Tapi hal itu tidak dirasakan hingga sekarang. Tidak ada 1 orang utuh di rumah tangga, bapak dibunuh, yang wanita diperkosa," ujar Khan.

Karena itu, Khan mengajak masyarakat dunia agar momen peringatan 50 tahun ini menjadi pengingat bagi seluruh bangsa, bahwa ada ketidakadilan yang terjadi kepada umat Islam di Kashmir yang ingin bergabung dengan Pakistan.

"Kashmir yang 80 persen Islam masuk Pakistan, tapi praktiknya begitu mau masuk malah diduduki India sampai sekarang," jelas Khan.

Hubungan Pakistan-RI

Duta Besar Pakistan untuk Indonesia Mohammad Aqil Nadeem berterima kasih kepada pemerintah RI, karena peran serta dan dukungan yang diberikan. Menurut dia, Indonesia selalu mendukung Pakistan dari perbuatan kesewenang-wenangan India.

"Indonesia dan Pakistan adalah 2 negara yang memiliki hubungan baik. Bahkan, pemerintah dan orang-orang Indonesia mendukung kita pada 1965 saat kami perang dengan India. Saat itu selalu ada demo menentang India di sini. Hubungan kita sangat erat dan kuat, kami bersyukur atas dukungan Indonesia," tutur dia.

Nadeem juga menyampaikan, peringatan ini bisa menjadi tanda bahwa pemerintah dan warga Pakistan tidak bisa ditekan oleh negara manapun. Kemenangan dalam perang pada 1965 telah membuktikan hal tersebut.

"Acara ini untuk memperingati 50 tahun kemenangan Pakistan atas India pada perang Pakistan-India 1965‎. Kami mampu menahan serangan mereka dan berakhir dengan kemenangan. Ini peringatan yang menjadi pengingat bagi penduduk kami, bahwa kita bisa melawan siapa pun pihak-pihak dan menahan musuh manapun demi mempertahankan kemerdekaan serta negaranya," tandas Nadeem. (Rmn/Nda)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.