Sukses

Olga Sudah Tak Kuat Lagi...

Olga meninggal dunia akibat radang selaput otak (meningitis). Dia bukan satu-satunya pesohor yang mengalami sakit itu.

Liputan6.com, Jakarta - Bisikan sang ibunda, Nurshida melapangkan jalan Olga Syahputra untuk meninggalkan dunia yang fana.

"Yoga, kalau Yoga udah nggak kuat, udah ikhlas, ya udah mama ikhlas," tutur Billy Syahputra, menirukan apa yang dituturkan sang ibu, 27 Maret 2015. Yoga adalah nama asli Olga Syahputra.

Di tengah lantunan ayat suci Alquran, yang dibacakan Billy dan Mak Vera, sang manajer, Olga menghembuskan napas terakhirnya.

Dengan haru, Billy menuturkan apa yang terjadi pada saat-saat terakhir kehidupan Olga. Awalnya, keluarga terus memberi semangat, agar pembawa acara 'Dahsyat' itu tetap bertahan.

Namun, dokter mengatakan bahwa Olga sudah tak kuat lagi menahan sakit. Dosis obat yang diberikan padanya sudah kelewat tinggi.

Ilustrasi Olga Syahputra dan Billy Syahputra (Liputan6.com/Sangaji)

Sang manajer, Vera Zanobia Sukari alias Mak Vera menuturkan kisah serupa. Menurut dia, pada saat-saat terakhir, Olga terlihat sangat lemah.

Tak seperti biasanya, pria yang lahir 8 Februari 1983 itu pun menolak obat yang diberikan dokter. "Ditambahin obat pun sama dokter dia memang nggak ada reaksi," kata Mak Vera.

Akhirnya, saat jarum jam menunjuk ke pukul 17.17, Olga meninggal dunia di usia muda. Ia baru 32 tahun.

Hingga jenazahnya dimakamkan, apa sebenarnya sakit yang diderita presenter terkenal itu masih jadi teka-teki. Banyak kabar miring mengenai penyakit Olga.

Billy Syahputra menegaskan, almarhum kakaknya itu divonis menderita radang selaput otak (meningitis). "Kan sudah diberitahu kalau Olga terkena penyakit meningitis atau radang selaput otak. Memang itulah penyakitnya Olga," kata dia.

 

Selanjutnya: Dari Ashanty Hingga Giska Sahetapy...

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dari Ashanty Hingga Giska Sahetapy

Dari Ashanty Hingga Giska Sahetapy

Olga bukan satu-satunya artis atau sosok terkenal yang mengalami meningitis, radang selaput otak.

Salah satunya, Giska Sahetapy, putri Dewi Yull dan Ray Sahetapy. Sama seperti Olga, ia meninggal pada Jumat 11 Juni 2010 akibat virus meningitis.

Awalnya, Giska sempat dirawat secara intensif akibat penyakit tersebut dan membaik. Hingga beberapa hari kemudian, ia dilarikan ke rumah sakit.

"Giska pingsan akibat sengatan matahari, sehingga dilarikan ke rumah sakit," ujar Dewi Yull. "Saat itu, kodisinya sangat kritis."

Artis-artis ini Divonis Terkena Virus Meningitis

Nasib Juwita Bahar lebih beruntung. Ia yang  pernah terbaring koma selama 15 hari karena meningitis pada 2006, akhirnya pulih. Pun dengan Ashanty yang harus bedrest selama berbulan-bulan.

Untung penyakit meningitis yang diderita Ashanty masih berada di fase awal. 



Seperti apa rasanya mengalami meningitis?

Salah satu personel band Armada, Endra menceritakan, ia pernah mengalami rasa sakit tak terkira di kepala, penglihatannya pun sampai buram.

Ia sempat ke dokter, tak ada masalah pada matanya. "Tapi ketika menjalani pemeriksaan saraf, ternyata saraf mata di otak tertimpa cairan kotor," tutur Endra.

Pudarnya penglihatan adalah salah satu efek samping meningitis. Sama seperti suntikan selama tiga bulan yang telah dijalani, berdampak negatif terhadap saraf pendengaran.

Selanjutnya: Apa Itu Meningitis? ...

3 dari 3 halaman

Apa Itu Meningitis?


Apa Itu Meningitis?

Meningitis dikenal juga dengan radang selaput otak. Ini adalah salah satu penyakit yang menyerang otak.  Ahli vaksin dari Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM, Dr.dr. Iris Rengganis, Sp.PD., KAI, FINASIM sempat menyampaikan bahwa meningitis merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.

Berikut informasi lebih lanjut mengenai meningtis seperti dilansir laman Mayo Clinic:


Deskripsi

Meningitis adalah sebuah kondisi ketika selaput (meninges) yang mengelilingi sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang mengalami peradangan. Setelah itu, selaput tersebut akan membengkak.

Gejala umum meningitis atau radang selaput otak memang terlihat sama tapi penyebabnya beragam

Penyakit ini akan membaik dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu. Namun, bila dibiarkan begitu saja dan tidak melakukan pengobatan, penyakit ini akan menimbulkan komplikasi serius dan semakin lama akan semakin parah.

Jenis komplikasi yang mungkin akan muncul, antara lain gangguan pada pendengaran, kerusakan pada otak, gagal ginjal, syok, masalah pada memori, dan masalah berjalan. Selain itu, risiko kejang dan kerusakan saraf permanen akan terjadi bila tidak melakukan pengobatan dengan cepat. Hal itu secara tidak langsung akan mengancam jiwa Anda.

Gejala

Perkembangan virus meningitis terus meningkat di berbagai belahan dunia. Karena alasan tersebut WNI yang keluar negeri wajib vaksin.

Tanda dan gejala dari penyakit meningitis dapat muncul dalam hitungan jam atau bahkan lebih dari satu atau dua hari. Tanda dan gejala ini dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada bayi yang baru dilahirkan.

Pada anak lebih dari usia dua tahun dan orang dewasa akan mengalami gejala seperti mendadak demam tinggi, sakit kepala parah tanpa sebab yang jelas, leher kaku, mual, sulit konsentrasi, sensitif terhadap cahaya, ruam kulit,

Sedangkan pada bayi tandanya lebih sering menangis karena tidak nyaman, lalu lesu, tubuh dan leher terasa kaku.

Pengobatan


"Penyakit ini bisa menyerang seluruh tubuh. Bisa disembuhkan tergantung dengan kecepatan saat berobat. Sangat diperlukan deteksi dini sehingga ketahuan lebih awal dan bisa diambil langkah untuk mencegah penyakit berpindah ke stadium lanjut," tambah dokter Rengganis.

Penyakit ini bisa juga berkembang menjadi lebih perah dan dapat menimbulkan komplikasi, seperti pada penyakit meningitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Hal ini sangat membutuhkan pengobatan antibiotik untuk mempercepat proses pemulihan.

Bila menunda pengobatan, hal itu akan meningkatkan risiko kerusakan permanen pada otak dan berujung kepada kematian. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini