Sukses

Australia Terapkan Aturan 2 Kru di Kokpit Pasca-Germanwings Jatuh

Aturan itu akan berlaku untuk semua penerbangan domestik dan internasional dengan operator Australia.

Liputan6.com, Canberra - Pemerintah Australia menerapkan peraturan baru mengenai keselamatan penerbangan, setelah insiden pesawat jatuh Germanwings di Perancis yang menewaskan seluruh penumpangnya -- 150 orang -- pada 24 Maret.

"Wajib ada 2 orang di dalam kokpit. Itu artinya seorang pramugari atau pramugara harus berada di dalam setiap kali pilot atau kopilot meninggalkan kokpit. Peraturan ini akan berlaku segera," kata Wakil Perdana Menteri Australia yang sekaligus merangkap Menteri Perhubungan Warren Truss  seperti dikutip dari Reuters, Senin (30/3/2015).

Aturan itu akan berlaku untuk semua penerbangan domestik dan internasional dengan operator Australia. Baik pesawat yang membawa 50 penumpang atau lebih. Termasuk maskapai Qantas, Jetstar, Virgin, dan Tiger Airways.

"Perusahaan penerbangan akan segera menerapkan perubahan ini, dan kami berharap bisa menerapkan kebijakan ini pada penerbangan utama kami dalam beberapa jam," ucap Truss.

Menurut Truss, kini pihaknya tengah berkonsultasi dengan otoritas penerbangan Australia untuk memastikan perubahan tersebut tak akan menjadi masalah keamanan baru.

"Pemerintah dan regulator penerbangan, Civil Aviation Safety Authority (CASA), sedang mempertimbangkan perubahan lain untuk meningkatkan keamanan kokpit," tutur Truss.

Penerbangan Amerika Serikat (AS) telah lebih dulu menerapkan aturan 2 orang di kokpit, jauh sebelum kecelakaan Germanwings terjadi. Sementara otoritas di Kanada dan Selandia Baru memperkenalkan regulasi itu dalam waktu 24 jam setelah insiden nahas tersebut.

Sedangkan otoritas penerbangan Eropa juga telah merekomendasikan perubahan serupa.

Maskapai penerbangan berbondong-bondong menerapkan peraturan 2 orang di kokpit, setelah muncul dugaan bahwa kopilot Andreas Lubitz sengaja mengunci pilot di luar kokpit sebelum menabrakkan pesawat ke pegunungan Alpen. Perkiraan itu mengemuka setelah analisa awal kotak hitam berisi Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Germanwings.

Pihak kejaksaan Jerman memperkirakan Lubitz menyembunyikan penyakit yang dideritanya agar tidak diketahui perusahaan tempatnya bekerja, namun tidak menyebut apa penyakitnya. Kendati demikian, dari hasil pengeledahan tempat tinggal si kopilot, ditemukan berkasi berisi riwayat kesehatan yang menyebutkan benar bahwa Lubitz pernah mengelami gangguan jiwa.

Kini pencarian di lokasi jatuhnya Germanwings masih dilakukan. Selain mengevakuasi bagian tubuh korban, juga fokus untuk menemukan kotak hitam kedua.

Pihak Jerman juga akan melakukan upacara peringatan atas para korban secara nasional pada 17 April. Seebab separuh dari penumpang pesawat tersebut ada Jerman.

Menurut data manifes, 150 orang di pesawat nahas yang terbang dari Barcelona menuju Dusseldof itu di antaranya adalah 67 warga Jerman, 40 Spanyol, 1 Belgia, 1 Belanda, dan 2 Australia. Data lengkapnya masih ditelusuri.

Dilaporkan ada 16 pelajar dan 2 guru dari Sekolah Joseph-Koenig di Haltern, bagian barat Jerman. Dua penyanyi opera juga diberitakan menjadi korban dalam insiden tersebut, mereka adalah Oleg Bryjak dan Maria Radner.

Dua warga Australia dan seorang pebisnis di Israel juga disebut-sebut berada di dalam pesawat tersebut. Germanwings merupakan anak perusahaan maskapai Jerman, Lufthansa. (Tnt/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.