Sukses

Panglima TNI Siapkan Cara Elegan Tenggelamkan Kapal Pencuri Ikan

Instruksi Presiden Jokowi membuat gerah Malaysia yang nelayannya kerap kedapatan mencuri ikan di wilayah laut Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Jokowi menginstruksikan aparat untuk menenggelamkan kapal asing yang menangkap ikan secara ilegal di wilayah Indonesia. Kebijakan itu pun sempat membuat gerah Malaysia yang nelayannya kerap kedapatan mencuri ikan di wilayah laut Indonesia.

Agar tidak menimbulkan kecaman dari dunia luar, TNI sebagai salah satu instrumen keamanan negara pun menyiapkan mekanisme penenggelaman kapal itu. Panglima TNI Jenderal Moeldoko memerintahkan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetio untuk menyiapkan perencanaan matang terkait instruksi presiden itu agar tak menimbulkan situasi mencekam.

"Saya perintahkan KSAL disiapkan perencanaan dengan baik. Jangan sampai kita masuk dalam situasi kecaman global. Ini yang harus diwaspadai," kata Moeldoko saat mengadakan pertemuan dengan perwira tinggi TNI usai membuka latihan Penanggulangan Terorisme di Batalyon 461 Paskhas Halim PK, Senin (1/12/2014).

Meski begitu, Moeldoko ingin TNI tetap tegas melaksanakan perintah presiden itu. Kondisi psikologis juga harus dipahami dengan baik. Karena itu, Moeldoko akan mengadakan pertemuan untuk menyamakan mekanisme penenggelaman kapal.

"Nanti kita didiskusikan lebih bagus lagi. Nanti ada cara-cara yang lebih elegan yang bisa diterima dunia internasional," ujar Moeldoko.

Moeldoko mengingatkan, jangan sampai instruksi presiden ini disalahartikan saat penindakan. Misalnya, ada kapal masuk wilayah kita yang berisi manusia langsung ditembak dengan pesawat tempur. Hal-hal semacam itu harus dihindari.

"Tapi jauh lebih penting bangsa Indonesia memiliki ketegasan yang sama terhadap illegal fishing maupun ilegal lainnya," tegas Moeldoko.

Sementara Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetio mengatakan, saat ini radar yang dimiliki Indonesia sudah baik. Radar utama dimiliki TNI AU, sedangkan TNI AL sudah memasang radar fix di sepanjang Selat Malaka.

"Kita sudah meng-cover seluruh Selat Malaka. Selain itu kapal perang kita juga memiliki kemampuan radar untuk kontak permukaan, udara, maupun bawah air. Jadi kapal ini menjadi radar bergerak kita," terang Marsetio.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.