Sukses

30-10-1938: Kabar Alien Mars Menyerang Bumi Gegerkan Amerika

Minggu 30 Oktober 1938, pukul 20.18 sebuah siaran radio memicu kepanikan. Rumor menyebut, ada orang bunuh diri karenanya.

Liputan6.com, New Jersey - Minggu 30 Oktober 1938, pukul 20.18, orang-orang yang baru memindahkan saluran radio mereka ke Columbia Broadcasting System terkejut bukan kepalang saat mendengar kabar ini: alien dari Mars menginvasi Bumi!

"Professor Farrell dari Mount Jenning Observatory mendeteksi ledakan di Planet Mars," demikian pengumuman yang disampaikan penyiar radio. Lalu terdengar suara musik pengiring dansa, yang sesaat kemudian diinterupsi kabar lain yang bikin deg-degan: meteor besar diduga jatuh di ladang pertanian di Grovers Mills, New Jersey.

Kemudian, terdengar laporan dari lokasi kejadian. Ternyata bukan meteor, tapi pesawat dari luar Bumi yang mendarat. Penyiar yang sedang melaporkan langsung mendeskripsikan alien dari Mars keluar dari silinder besar berwarna metalik. "Astaga," kata penyiar itu. "Ada sesuatu yang menggeliat keluar dari sana, seperti ular abu-abu. Sekarang, muncul lainnya, muncul lagi, dan lagi. Mirip tentakel!"

Lalu, penyiar itu mengaku melihat tubuh si alien. "Besar seperti beruang, berkilau seperti kulit hewan yang basah. Namun wajah itu, Saudara-saudara... tak terlukiskan. Aku harus memaksa diriku untuk tetap menatap mereka: mata itu hitam, berkilat seperti ular. Mulutnya berbentuk seperti huruf V, air liur menetes dari bibir yang tampak berdenyut.

Si penyiar masih nyerocos, ia menyebut makhluk Mars itu menembakkan senjata yang mengeluarkan sinyal ke orang-orang yang berkerumun di sekitar lokasi. Korban-korban berjatuhan, termasuk 7.000 aparat dari National Guardsman. Setelah diserang artileri dan bom, makhluk Mars itu melepas gas beracun ke tanah.

Kemudian, yang terjadi lebih mengerikan lagi, pesawat berbentuk silinder mendarat di Chicago dan St Louis. Terdengar suara-suara riuh dan berisik di layar belakang. Siaran itu terdengar sangat meyakinkan.

Banyak orang tak mendengar kata-kata pembuka yang disampaikan tepat pukul 20.00. "The Columbia Broadcasting System dan stasiun radio yang berafiliasi mempersembahkan Orson Welles dan Mercury Theater dalam sandiwara radio 'War of the Worlds' karya H.G. Wells."

Semua hanya drama. Tapi kepanikan terlanjur terjadi. Di New Jersey, warga yang ketakutan mengevakuasi diri, menyebabkan kemacetan di jalanan. Kantor polisi kewalahan dikerubungi warga yang memohon masker gas agar mereka selamat dari udara beracun yang dibawa alien. Ada lagi yang menuntut perusahaan listrik mematikan daya, supaya makhluk-makhluk Mars tak melihat cahaya rumah mereka.

Salah satu perempuan dikabarkan lari ke sebuah gereja di Indianapolis saat kebaktian malam digelar di sana. "New York hancur! Ini akhir dunia! Pulang dan bersiaplah mati," kata dia, seperti dikutip dari History.com.

Orson Welles, pria yang kala itu baru berusia 23 tahun, adalah otak di balik semua kekacauan itu. Ia sutradara drama yang terlihat seperti kejadian nyata itu. Tapi, sama sekali tak ada niat bahwa idenya itu bakal memicu kepanikan.

Saat kabar kepanikan sampai ke CBS, Welles kembali siaran, mengingatkan kembali pada para pendengar bahwa kisah itu fiksi belaka. Apalagi sejumlah rumor menyebut, pertunjukan radio itu menyebabkan sejumlah kasus bunuh diri. Meski tak ada satu pun yang terkonfirmasi.

Komisi Komunikasi Federal menginvestigasi program tersebut, dan tak menemukan ada pelanggaran. Namun, sejak itu CBS setuju untuk lebih berhati-hati dalam menyiarkan programnya.

Orson Welles khawatir bukan main karirnya bakal berakhir. Namun, publisitas yang ia dapatkan membantunya merintis karir di studio Hollywood. Pada 1941, ia menyutradarai, menulis skrenario, memproduksi, dan ikut bermain dalam Citizen Kane -- film yang disebut-sebut sebagai yang terbaik yang pernah dibuat di Amerika Serikat.



Selain kabar yang bikin panik itu, tanggal 30 Oktober juga menjadi momentum peristiwa penting. Pada tahun 1961, Uni Soviet meledakkan 'Tsar Bomba', bom hidrogen berkekuatan 50 megaton -- sebanding dengan seluruh bom yang meledak pada Perang Dunia II dan dikalikan 10.

'Raja dari segala bom' itu diuji cobakan di sekitar Pulau Novaya Zemlya, Laut Artik Ledakan dapat terlihat sampai 1.000 km dari tempat peledakan.

Ketinggian 'jamur' kepulan asap dan api yang dihasilkan oleh bom ini setinggi 64 kilometer, ionisasi dari ledakan menyebabkan gangguan radio komunikasi selama berjam-jam. Untung senjata itu tak sempat digunakan dalam perang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini