Sukses

AS Tak Karantina Suster yang Merawat Pasien Ebola

Di bawah peraturan baru, para pejabat kesehatan AS menyatakan secara aktif akan memantau paramedis yang pernah merawat pasien Ebola.

Liputan6.com, New York - Di bawah peraturan baru, para pejabat kesehatan AS menyatakan secara aktif akan memantau sejumlah paramedis yang pernah merawat pasien terinfeksi virus Ebola di Afrika Barat.

Dalam pedoman terbaru yang diterbitkan pada hari Senin 27 Oktober 2014, mengharuskan paramedis untuk menjalani pemeriksaan sejumlah gejala selama 21 hari. Namun mereka tidak dikarantina ataupun diisolasi.

Pengumuman dari AS ini dibuat, setelah adanya keluhan dari seorang perawat yang dikarantina di New Jersey, akhirnya diizinkan untuk kembali ke rumah.

Gubernur New Jersey Chris Christie menentang pedoman baru ini, dengan membela bahwa isolasi terhadap Kaci Hickox wajib dikenakan saat ia pulang dari Sierra Leone.

"Hal itulah yang akan kita terus lakukan," tambah Christie seperti dimuat di BBC, Selasa (28/10/2014).

Sikapnya bertentangan dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, yang sebelumnya mengatakan bahwa sejumlah orang yang membantu di daerah yang terkena wabah tidak seharusnya dikenakan pembatasan yang tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan.

"Kita harus mendukung orang-orang yang terjangkit, bukan menjadikan mereka sebagai aib," jelas Ban.

Menurut Ban, orang-orang itu tidak terjangkit virus sampai gejala Ebola itu nampak.

Saat ini lebih dari 10.000 orang terjangkit wabah Ebola di Afrika Barat dan menewaskan hampir 5.000 orang. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Ebola merupakan penyakit yang menyerang manusia, monyet, simpanse, gorila, dan primata lain yang disebabkan oleh virus Ebola.

    Ebola

  • Virus Ebola

Video Terkini