Sukses

Australia Hentikan Penyelidikan Kasus Kontroversial 'Balibo Five'

Keputusan Kepolisian Australia (AFP) soal Balibo Five dikeluarkan sehari setelah pelantikan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo atau Jokowi.

Liputan6.com, Canberra - Kepolisian Federal Australia (AFP) menghentikan penyelidikan kasus kejahatan perang terkait pembunuhan 5 jurnalis di Kota Balibo, Timor Leste -- saat wilayah itu dulu bernama di Timor Timur, bekas provinsi ke-27 Indonesia -- 39 tahun lalu.

AFP mengatakan, pihaknya tidak mendapatkan cukup bukti untuk membuktikan pelanggaran yang dituduhkan.

"AFP sudah melakukan penyelidikan meluas mengenai kasus ini. Namun penyelidikan menghadapi tantangan terkait yurisdiksi," demikian pernyataan AFP, seperti dimuat News.com.au, Selasa (21/10/2014).

Penyelidikan sempat dilanjutkan. Namun, "AFP menyimpulkan tak ada bukti kuat untuk membuktikan adanya pelanggaran." Case closed. Kasus ditutup, tak ada lagi yang bisa dilakukan lebih lanjut.

Keputusan AFP dikeluarkan sehari setelah pelantikan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo atau Jokowi. Di hari yang sama dengan kematian, Gough Whitlam, yang bertugas sebagai Perdana Menteri Australia saat peristiwa itu terjadi.

Whitlam yang juga muncul dalam pemeriksaan keterangan tertang peristiwa Balibo pada 2007, mengaku ia sama sekali tak tahu soal kematian para jurnalis hingga 5 hari setelahnya.

Menurut AFP, anggota keluarga para korban telah diberi tahu soal keputusan tersebut. "AFP telah berkonsultasi dengan para anggota keluarga mengenai penyelidikan yang kompleks dan sulit ini. Anggota keluarga yang ada di Australia dan Inggris telah ditemui oleh penyelidik senior."

'Duri dalam Daging' Hubungan RI-Australia

Kala itu, 16 Oktober 1975, 5 jurnalis -- Brian Peters (29), Malcolm Rennie (28), Gary Cunningham (27), Gregory Shackleton (29), dan Anthony Stewart (21) tewas di Balibo.

Kemudian, pada November  2007, kasus itu dibuka kembali. Deputi koroner New South Wales, Dorelle Pinch menyerahkan temuannya dalam kasus kematian Peters ke Kejaksaan Agung Australia, yang lalu menyerahkan kasus 'Balibo Five' itu ke AFP.

Menurut dia, para wartawan dihabisi -- ditembak atau ditikam --untuk tidak menguak fakta yang terjadi di Timor Timur, tentang serangan yang dilakukan TNI.

Melalui banyak pertimbangan, Kepolisian Australia memulai penyelidikan pada 20 Agustus 2009.

Menurut Pinch saat itu, beberapa petinggi TNI terlibat dalam kematian lima wartawan tersebut, dua di antaranya masih hidup. Salah satunya purnawirawan jenderal yang pernah jadi menteri dan anggota DPR.

Pembukaan kasus Balibo saat itu sangat mengejutkan bagi Indonesia. Sebab, pemerintah jauh-jauh hari telah menyatakan tak ada pembunuhan, kelima wartawan tersebut tewas terjebak di tengah baku tembak antara TNI dan tentara pro-kemerdekaan Timor Timur.

Jauh sebelum Kepolisian Australia mengambil sikap. Kasus Balibo, bagi Indonesia, telah ditutup. (Yus)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.