Sukses

Tragedi Macan Tutul Jawa

Macan tutul jawa atau panthera pardus melas disebut-sebut sebagai kucing besar pemakan daging yang masih tersisa di Pulau Jawa.

Liputan6.com, Jakarta - Perdagangan satwa liar semakin mengkhawatirkan dari waktu ke waktu. Permintaan yang tinggi dari pehobi satwa langka membuat celah ini dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

Berburu satwa-satwa liar yang makin menyusut populasinya di hutan-hutan Tanah Air, bahkan sejumlah satwa langka diambang kepunahan. Kini misi penyelamatan satwa liar kembali dihidupkan. Informasi tentang penjualan satwa liar illegal menggelitik Tim Sigi Investigasi SCTV untuk membongkarnya.

Setelah beberapa jam, mobil kami masuk Tol Cikampek menuju Jakarta. Misi untuk menyelamatkan satwa liar menemui berbagai masalah. Seekor dari sepasang kucing hutan Prionailurus Bengalensis atau yang lebih dikenal dengan Blacan yang kami bawa mati karena sakit.

2 Ekor blacan tersebut sebelumnya kami peroleh dari pedagang satwa ilegal dengan harga Rp 1 juta. Dengan angka yang relatif murah, tentu saja kucing hutan itu laris diburu para pehobi. Selain karena corak kulitnya yang menawan hampir menyerupai macan tutul.

Saat di perjalanan masalah pun muncul. Salah satu dari Blacan itu sakit . Hal itu bisa jadi karena usianya yang masih terlalu belia dan karena ulah pemburu ia terpisah dari induknya.

Klinik hewan menjadi tujuan utama kami. Kucing hutan ini didiagnosa terkena virus di mata yang membuat tubuhnya lemah. Pertolongan sia-sia, maut pun menjemput. Masih ada harapan 1 ekor lagi dan kami membawanya ke Lembaga Konservasi Penyelamatan Satwa di Bogor, Jawa Barat bersama dengan satwa lainnya.

Prionailurus Bengalensis alias Blacan masuk ke dalam jenis kucing hutan. Blacan mampu hidup di segala bentuk hutan, mulai dari dataran rendah hingga pegunungan. Kucing Blacan memiliki ukuran tubuh yang relatif sama dengan kucing pada umumnya dengan corak totol-totol menyerupai macan tutul.

Kucing hutan atau Blacan saat ini sangat sulit dijumpai. Perambahan hutan dan perburuan membuat populasinya menyusut. Bahkan lembaga internasional IUCN memberikan status terancam untuk kucing hutan yang satu ini.

Ironis, bukan lagi hutan alami yang menjadi rumah bagi Blacan, melainkan kandang-kandang besi yang sempit buatan manusia. Kucing-kucing hutan itu terpaksa menggantungkan hidupnya kepada manusia.

Seperti halnya Blacan, macan tutul Jawa yang masih termasuk dalam 1 suku felidae atau kucing juga bernasib sama. Macan tutul Jawa atau Panthera Pardus Melas disebut-sebut sebagai kucing besar pemakan daging yang masih tersisa di Pulau Jawa.

Terdesak karena hutan sebagai tempat tinggalnya kian sempit, konflik macan tutul dengan manusia terkadang tak terhindarkan. Perdagangan ilegal macan tutul Jawa pun menjadi salah satu ancaman, walaupun sedikit catatan akan hal itu. Info dari pedagang satwa liar membawa kami ke macan tutul yang katanya akan dilego.

Malam itu di daerah perbatasan kabupaten, sebuah warung angkringan menjadi titik pertama dan mencurigakan. Karena khawatir ada penggrebekan dari petugas, kami pun buru-buru pindah lokasi.

Lokasi berikutnya adalah mencari tempat yang mudah dipantau. Gaya bicaranya saat kami telepon janggal sehingga membuat kami khawatir karena sepertinya ia juga berjaga-jaga. Ini adalah rencana yang cukup berbahaya. Infonya, macan tutul yang akan dilego masih kecil.

Dan lagi-lagi lokasi pertemuan bergeser. Kini di sebuah rumah makan. Kami pun mengatur posisi duduk sedemikian rupa agar aman saat merekam. Para pedagang pun akhirnya datang. Si pedagang mengaku membawa teman seorang anggota.

Pengakuan lain macan tutul itu bukan miliknya, melainkan hanya membantu seorang teman. Harga yang ditawarkannya fantastis yaitu Rp 50 juta. Harga yang lumayan tinggi bagi orang awam, tetapi lumayan murah meriah bagi para pehobi satwa liar.

Belum lama seekor harimau Sumatera katanya laku terjual. Bisnis untuk ikutan ia tawarkan pula, tak lupa jasa pengawalan macan tutul ia tawarkan juga. Perdagangan macan tutul ini pun gagal karena tidak ada titik temu.

Saat ini, macan tutul jawa masih bisa ditemui di beberapa kawasan taman nasional. Salah satunya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Bekas cakar di pohon besar menjadi bukti adanya macan tutul jawa.

Video trap kamera juga banyak menangkap aktivitas macan tutul jawa di kawasan itu walaupun dengan jumlah populasi yang sedikit. Kemunculan macan tutul di sejumlah video trap mengindikasikan mereka masih bertahan di tengah ancaman.

Upaya konservasi yang dilakukan oleh pihak taman nasional dan kelompok pecinta satwa menjaga kelangsungan hidup macan tutul jawa. Macan tutul jawa dikenal sebagai top predator yang memiliki kemampuan bertahan hidup yang cukup baik walaupun dengan kondisi hutan di Pulau Jawa yang kini diklaim hanya tersisa 10 persen.

UU Perlindungan satwa sudah memberikan perlindungan hukum terhadap macan tutul jawa, namun tangan jahil manusia masih saja bermain di dalamnya.

Ingin tahu bagaimana bisnis perdagangan satwa ilegal ini bisa terjadi? Saksikan selengkapnya video yang ditayangkan Sigi Investigasi SCTV, Minggu (12/10/2014), di bawah ini.

Baca Juga:

Mafia Motor Bodong

Sindikat Penggelapan Mobil Rental

Waspada! Es Cincau Hijau Ekstrem Rasa Semen

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini