Sukses

Hujan Batu FPI untuk Ahok

Tak hanya mobil, sejumlah anggota polisi pun terluka akibat lemparan batu, senjata tajam hingga kotoran manusia dan hewan dari massa FPI.

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 650 personel Satpol PP telah disiagakan sejak pagi di Balaikota dan Gedung DPRD DKI Jakarta. Rencananya massa Front Pembela Islam (FPI) akan kembali mengeruduk kantor Wakil Walikota DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok.

Ini menjadi unjuk rasa lanjutan setelah pekan lalu, tepatnya Rabu 24 September 2014, FPI menggelar unjuk rasa. Tujuan unjuk rasa ini masih sama, yakni menolak Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, menggantikan Joko Widodo alias Jokowi yang maju sebagai presiden.

FPI tidak sendiri dalam unjuk rasa kali ini, Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) ikut menemani unjuk rasa ini. Tujuan unjuk rasa Forkabi pun sama, menolak Ahok menjadi gubernur DKI.

Jumat 3 Oktober siang, tepatnya sekitar pukul 14.00 WIB, massa dari FPI dan Forkabi mulai berdatangan ke Balaikota dan DPRD DKI, di Jalan Kebon Sirih, atau di belakang Balaikota. Ratusan polisi pun telah bersiaga dibantu Satpol PP.

Kedatangan FPI dan Forkabi tidak seberuntung biasanya. Kali ini Ahok justru tidak berada di kantornya. Dia tengah berada di Korea Selatan untuk mengikuti acara penutupan Asian Games, yang bertolak sejak Kamis 2 Oktober malam. Di Negeri Ginseng, rencananya Ahok akan melihat rumah sakit khusus menangani kanker.

Namun saat polisi berusaha melobi massa FPI yang berniat menemui DPRD, tiba-tiba terjadi pelemparan batu. Bentrokan pun tak terhindarkan antara massa FPI dan polisi, hingga polisi menembakkan gas air mata. Massa FPI berhamburan.

Sementara beberapa perwakilan dari FPI dan Forum Betawi Rempug (FBR) akhirnya diterima anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PPP Abraham Lunggana atau Haji Lulung. Di luar pertemuan dengan anggota DPRD, massa tetap ricuh. Sejumlah anggota polisi pun terluka, akibat lemparan batu, senjata tajam hingga kotoran manusia dan hewan.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono mengatakan, unjuk rasa yang berujung ricuh ini diduga memang sudah disiapkan sebelumnya. "Sebelum demo mereka sudah memersiapkan. Saya imbau korlap serahkan diri atau saya paksa," ungkap Unggung di sela unjuk rasa.

"Ada batu dan ada kotoran kerbau, ini dipersiapkan," tambah dia.

Selang 10 menit kemudian, massa FPI kembali melancarkan aksinya di depan Gedung Balaikota. Polisi bersenjata laras panjang dan perisai langsung menghadang. 2 Mobil Baracuda juga disiapkan untuk menghadang massa FPI.

Karena massa tak mau dibubarkan, polisi kembali menembakkan gas air mata. Massa FPI kembali membalas dengan lemparan batu, beling, dan kotoran hewan. Beberapa orang diamankan polisi yang diduga menjadi provokator. Beberapa polisi terluka akibat lemparan batu.

Selain melukai anggota polisi, sejumlah fasilitas dan mobil anggota DPR pun rusak. Bahkan salah satu mobil mewah pun terkena sasaran amukan massa, yaitu Toyota Alphard Velfire milik anggota DPRD DKI dari Fraksi Partai Hanura, Muhammad Guntur. Dia pun melaporkan ke polisi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, 10 mobil yang terparkir di halaman gedung DPRD DKI rusak parah. Selain merusak kendaraan, taman-taman di pedestarian depan gedung DPRD juga mengalami kerusakan.

Sekitar pukul 14.52 WIB, situasi di sekitar Balaikota Jakarta cenderung mulai normal. Sebanyak 20 orang dari massa FPI diamankan polisi karena diduga menjadi provokator. Sementara 11 polisi terluka, akibat lemparan batu, bahkan diduga akibat sabetan samurai.

Unjuk rasa ini memang sebelumnya sudah mendapat izin dari kepolisian, tepatnya pada Rabu 1 Oktober lalu. Perizinan dikirimkan atas nama Ketua Laskar DPD FPI Jakarta Habib Sahab Anggawi dan Panglima FPI Ustad Maman. Namun polisi menduga kuat aksi anarkis sudah direncanakan.

Laporan dari anggota PDRD terkait tindakan anarkis, direspons polisi ditindaklanjuti dengan pengepung markas FPI di Petamburan, Jakarta Barat pada pukul 17.00 WIB. Tempat ini juga menjadi tempat tinggal pimpinan FPI, yakni Habib Rizieq.

Tak hanya itu, 2 unit Watercanon dan 3 kendaraan taktis Baracuda juga diturunkan mengepung markas FPI. Sekitar pukul 18.50 WIB polisi pun mulai meninggalkan lokasi pengepungan markas FPI.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono yang menyaksikan pengepungan ini mengatakan, penggerebakan markas FPI ini dilakukan sebagai antisipasi adanya pengerahan massa yang dilakukan FPI usai aksi demonstrasi.

Sementara Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menyampaikan keprihatinannya terhadap insiden bentrok antara pihaknya, dengan kepolisian pada saat unjuk rasa berlangsung.

"Saya sampaikan dengan tulus keprihatinan yang mendalam atas jatuhnya korban dari Laskar FPI dan Polri dalam Aksi Tolak Ahok di depan Gedung DPRD DKI JKT hari ini Jum'at 3 Oktober 2014. Semoga kedua belah pihak dirahmati dan diberkahi Allah SWT," kata Rizieq dalam akun facebooknya, Jumat 3 Oktober.

Tak hanya itu, Rizieq juga meminta seluruh Laskar FPI tidak bereaksi lebih lanjut atas insiden tersebut. Hal itu guna mencegah adanya adu domba antara pihaknya dengan pihak kepolisian. "Saya serukan Laskar FPI dan POLRI jangan sampai diadu domba oleh pihak mana pun," ucap Rizieq

Meski demikian, Rizieq tetap menyatakan penolakannya terhadap Ahok yang akan dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta. "Dan saya tetap akan mendukung sepenuhnya upaya DPD FPI DKI Jakarta untuk lengserkan Ahok. Karenanya, saya serukan FPI Jakarta dan DPRD Jakarta beserta Polda Metro Jaya agar bekerja sama dengan baik untuk Lengserkan Ahok secara Konstitusional."

"Dan saya beri peringatan keras untuk AHOK agar menjaga mulutnya," tutup Rizieq.

Menggugat

Entah apa motif unjuk rasa penolakan Ahok yang kian gencar dari FPI. Entah ini bermotif politik murni atau bukan belum pasti. Yang jelas, Ahok sendiri telah keluar dari Partai Gerindra menjelang dirinya dilantik sebagai gubernur DKI. Kekecewaan pun muncul dari Gerindra, lantaran Ahok 'berhutang budi' pada saat pencalonan Pilkada DKI yang disokong penuh oleh Gerindra.

Anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Gerindra Fajar Sidik mengaku tidak mengetahui kalau aksi unjuk rasa yang dilakukan massa FPI berujung anarkis. Sebagai sesama penolak Ahok menjadi gubernur, FPI biasanya selalu berkoordinasi bila ingin menggelar unjuk rasa.

"Biasanya mereka kalau aksi selalu sama kita. Kalau sekarang saya nggak tahu, ini organisasi mana yang aksi. Saya bingung ini, kenapa jadi begini," ujar Fajar di depan gedung Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat, 3 Oktober.

Sementara Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohammad Taufik menilai, unjuk rasa ini dinilai akibat Ahok dianggap meresahkan warga Jakarta, terutama terkait pernyataannya yang kerap menuai pro dan kontra.

"Jadi yang pertama akibat pejabat ngomong sembarangan. Anarkis tidak dibenarkan, jangan lihat anarkisnya saja, tapi beresin akar penyebabnya," ujar Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohammad Taufik di gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat 3 Oktober.

Menurut Taufik, walau tidak setiap kebijakan dapat diterima, bila penyampaian Ahok di hadapan publik baik dan tidak menyinggung pihak tertentu, maka kebijakan apa pun akan mendapat dukungan. Dengan gaya bicara Ahok yang ceplas-ceplos dan terkadang keras, membuat sebagian warga tidak terima.

"Nggak ada yang mengakibatkan keresahan sebenarnya. Kalau mau bilang, nggak bisa begini, biasa saja ngomongnya, kebijakan nggak akan meresahkan," ujar Taufik.

Sebelumnya Ahok mengatakan pihaknya akan mencari tahu, siapa otak dari aksi demo tersebut dan berencana menggugat ke pengadilan. Dia enggan dikatakan antidemokrasi, lantaran melarang aksi unjuk rasa. Menurutnya, unjuk rasa boleh saja dilakukan asal tidak menggunakan kalimat-kalimat rasis dalam setiap orasinya.

"Ya kalo dia macem-macem, demo-demo terus kita gugat dong, kita cari otaknya, yang bayarnya siapa. Kan kita punya intel, cari tahu aliran dana dari siapa, cash nya dari siapa. Siapa yang ambil duit kasih. Kita kerjain. Kasih pelajaran politik dong," kata Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Selasa 30 September 2014.

Selain itu, Ahok juga menilai demonstrasi juga sebaiknya tidak dibarengi dengan aksi anarkis. Sebab, jika muncul tindakan anarkis pada saat demonstrasi berlangsung akan ada tindakan tegas dari kepolisian.

Bahkan saking sudah geramnya terhadap FPI, Ahok tak lagi bersedia membiayai ormas. "Kami sudah sepakat tak mau lagi biayai ormas hanya demi untuk mendukung kami. Saya lebih baik tidak terpilih (jadi Gubernur) kembali, daripada harus membiayai (ormas)," ‎kata pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu, Kamis 25 September 2014.

Sementara Presiden terpilih Joko Widodo alias Jokowi mengaku tak yakin jika Ahok benar-benar ditolak warga Betawi. Terkait dengan kumpulan tanda tangan yang disebut FPI sebagai pernyataan warga Betawi yang menolak kepemimpinan Ahok.

Menurut Jokowi, hal tersebut tidak bisa menjadi dasar kuat untuk melawan konstitusi yang mengharuskan wakil gubernur untuk naik menjadi gubernur, bila gubernur sebelumnya mengundurkan diri.

"Ya itu, berapa orang yang nolak Ahok? Dibandingkan dengan jumlah penduduk di Jakarta berapa orang?" kata Jokowi di Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kamis 25 September.

Walau mengakui memang ada sebagian warga Jakarta yang menolak Ahok, Jokowi yakin lebih banyak warga Jakarta yang mendukung kepemimpinan mantan Bupati Belitung Timur ini. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.