Sukses

Tolak Mundur, Pemimpin Hong Kong Ajak Demonstran Berunding

Pemimpin Hong Kong itu mengaku telah mengutus sekretaris Carrie Lam untuk membuka pintu dialog dengan kubu demonstran sesegera mungkin.

Liputan6.com, Hong Kong - Kepala Eksekutif Hong Kong, Leung Chun-ying, bersikeras tidak akan mundur seperti dituntut para demonstran. Meski demikian, dia menawarkan kesempatan perundingan antara pihak pemerintahan dan demonstran prodemokrasi.

Dalam konferensi persnya, pemimpin Hong Kong itu mengaku telah mengutus sekretaris Carrie Lam untuk membuka pintu dialog dengan kubu demonstran sesegera mungkin.

"Federasi Pelajar Hong Kong mengeluarkan surat terbuka meminta bertemu dengan kepala sekretaris, yang mewakili pemerintah Hong Kong, untuk mendiskusikan satu hal, yaitu perkembangan konstitusi Hong Kong. Saya tidak akan mundur karena saya harus lanjut bekerja untuk pemilihan umum," kata Leung seperti dikutip dari BBC, Jumat (3/10/2014).

Para pemimpin demonstrasi merespons pernyataan tersebut, dan mengiyakan tawaran diskusi dengan pihak pemerintah. Meski bersikukuh tetap meminta Leung mundur.

"Kami mau tetap menginginkan Kepala Eksekutif Leung Chun-ying bertanggung jawab atas kebuntuan ini. Karena itu, dia harus mundur," demikian pernyataan bersama kubu demonstran.


Datangi Kompleks Pemerintahan

Menurut wartawan BBC di Hong Kong, Ali Moore, demonstran tetap berkumpul di luar kantor Chun-ying Leung dan kompleks kantor pemerintah. Mereka datang dengan kemarahan dan berhadapan langsung dengan barikade polisi Hong Kong.

"Pihak kami tidak akan menoleransi aksi anarkis di sekitar kompleks kantor pemerintah," ujar juru bicara kepolisian Hong Kong Steve Hui.

Barikede aparat keamanan yang berhadapan dengan para demonstran, beber Hui, dipisahkan pagar besi.

Sebelumnya, dikutip dari VOA News, pemimpin demonstrasi Hong Kong mengancam akan menyerbu gedung-gedung pemerintah jika Leung menolak mengundurkan diri. Tapi setelah batas waktu pengunduran diri berlalu, dilaporkan tidak terjadi kekerasan di dekat kantor-kantor pemerintah, yang dikelilingi kerumunan mahasiswa dan dijaga ketat polisi.

Kelompok pro-demokrasi yang dikenal Occupy Central menyambut baik kesepakatan itu, dan berharap pembicaraan antara kedua belah pihak dapat menjadi titik balik dalam kebuntuan politik saat ini. Meski tetap menuntut agar Leung mengundurkan diri.

Menanggapi eskalasi demonstrasi di Hong Kong, Lord Patten, selaku gubernur Inggris terakhir sebelum Hong Kong diserahkan ke Cina pada 1997, menilai aksi kekerasan tersebut tidak akan berlarut-larut.

"China punya banyak hal yang dipertaruhkan… Saya tidak yakin ini bakal menjadi seperti (Lapangan) Tiananmen," ungkap Patten. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini