Sukses

WNI Demo 'RIP Indonesia Democracy' di Hotel SBY Menginap di AS

Poster protes memampang pesan "RIP Indonesia Democracy" dan "Shame on SBY And His Non Democracy".

Liputan6.com, Washinton DC - Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) melakukan aksi demonstrasi di depan hotel tempat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginap di Washington DC, Amerika Serikat. Mereka memprotes keputusan DPR yang menetapkan Pilkada melalui DPRD.

Dalam unggahan foto yang di-retweet VOA Indonesia, @voaindonesia, Sabtu (27/9/2014), terlihat belasan WNI memampangkan poster berisi protes atas RUU Pilkada.

Salah satu poster tersebut bertuliskan "Mr President The Betrayal of Public Trust". Poster lain memampang pesan "RIP Indonesia Democracy" dan "Shame on SBY And His Non Democracy".



SBY tengah melakukan lawatan ke New York, Amerika Serikat sejak Minggu 21 September lalu. Agenda utama kunjungan Presiden RI ke New York adalah menghadiri Sidang Ke-69 Majelis Umum PBB. Selain itu, SBY juga memimpin sidang pleno KTT Iklim PBB (UN Climate Summit) 2014 dan menyampaikan sambutan pembuka dalam Open Government Partnership High Level Event (OGP-HLE).

Saat SBY tengah di AS, Rapat paripurna DPR pada Kamis 25 September hingga Jumat 26 September dini hari memutuskan Pilkada akan dilakukan melalui DPRD, setelah pendukung pilkada langsung kalah suara dari kelompok yang mendukung pilkada tak langsung atau melalui DPRD.

Sebelumnya, Partai Demokrat yang memiliki anggota DPR terbanyak digadang-gadang sebagai kunci kemenangan pilkada langsung, setelah partai berlambang Mercy itu secara resmi menyatakan mendukung pilkada langsung.

Namun menit-menit terakhir saat RUU akan disahkan, Demokrat memilih walk out. Sehingga kelompok pendukung pilkada langsung tak bisa membendung dominasi Koalisi Merah Putih untuk memenangkan pilkada melalui DPRD.

Terkait hal itu, SBY mengungkapkan dirinya kecewa dengan keputusan DPR memilih Pilkada lewat DPRD dan ditolaknya usulan dari Demokrat soal 10 rekomendasi untuk Pilkada langsung. Dia mengatakan Demokrat akan menggugat UU Pilkada yang menetapkan Pilkada tak langsung itu, ke Mahkamah Konstitusi.

"Saya kecewa dengan proses yang berlangsung di DPR. Setelah berjuang keras melalui Panja dan lobi-lobi ternyata tetap saja hanya dua opsi yang di-voting. Saya sebenarnya sudah mengutus utusan khusus agar voting bisa ditunda. Tetapi tetap saja dilakukan voting," kata SBY di Washington DC kepada para jurnalis yang mengikuti kunjungannya di Amerika Serikat, Kamis 25 September waktu setempat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini