Sukses

AS Gempur 'Mesin Uang' ISIS

Presiden AS Barack Obama meminta negara anggota PBB untuk mencegah warga negaranya bergabung dan memberikan dana ke ISIS.

Liputan6.com, Damaskus - Amerika Serikat dan sekutu mulai melancarkan serangan ke markas kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Suriah. Dalam 3 hari terakhir, sebanyak 14 anggota ISIS dan 5 warga Suriah dilaporkan tewas.

Badan Komando Pusat AS (CENTCOM) menyatakan, pihaknya yang dibantu Arab Saudi dan Uni Emirat Arab juga menggempur sejumlah kilang minyak ISIS yang menjadi 'mesin uang' atau sumber pendapatan kelompok ekstrem yang secara sepihak memproklamirkan kekhalifahan Daulah Islamiyah atau Islamic State (IS).

CENTCOM menjelaskan, ISIS bisa memperoleh penghasilan sekitar US$ 1 juta (Rp 11,9 miliar) hingga US$ 2 juta (Rp 23,8 miliar) per hari dari beberapa kilang minyak tersebut. Namun sebagian sumber dana itu saat ini telah hancur oleh jet tempur dan drone AS.

"Dengan hancurnya kilang minyak itu, gerak-gerik dan kemampuan ISIS kami yakini bakal berkurang," urai CENTCOM, seperti dimuat NBC News, Selasa (25/9/2014). "Tapi kami masih menganalisa sejauh mana hasil serangan kami. Ini masih indikasi awal."

Dalam beberapa bulan terakhir, ISIS merebut dan menguasai sejumlah kota di Irak dan Suriah. Amerika Serikat turun tangan dengan melancarkan serangan udara, dimulai dari Irak, kini berlanjut ke Suriah.

Menurut BBC, sejauh ini, hampir 200 kali serangan udara telah digencarkan oleh AS dan negara sekutu sejak Agustus lalu. Langkah ini, selain untuk menghalau pergerakan ISIS, juga bertujuan untuk mencegah bertambahnya jumlah warga asing yang bergabung ke kelompok radikal tersebut.

Presiden AS Barack Obama sebelumnya meminta negara anggota PBB untuk mencegah warga negaranya bergabung dan memberikan dana ke ISIS.

"Mulai hari ini, kita harus samakan visi, tindakan atau perbuatan nyata di dalam negara dan juga antara negara, bukan hanya pada hari-hari mendatang, namun tahun-tahun ke depan," seru Obama.

Sebelumnya sejumlah warga asing disandera ISIS, bahkan ada yang dipenggal. Seperti yang dilakukan terhadap dua wartawan Amerika Serikat, James Foley dan Steven Sotloff, serta pekerja kemanusiaan asal Inggris David Haines. Kini ISIS mengancam untuk memenggal warga Inggris lain, yakni Alan Henning. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini