Sukses

Tolak Bandara Baru, Ratusan Warga Blokade Jalan Daendels di DIY

Warga hanya ingin mendapat kejelasan informasi pembangunan bandara baru di wilayahnya.

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan warga dari desa Paliyan dan Glagah yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT) Kecamatan Temon Kulonprogo menggelar aksi menutup jalan Daendels Kulonprogo. Ratusan warga ini menggelar aksi menutup jalan karena tidak setuju dengan rencana pembangunan bandara baru di wilayah Temon, Kulonprogo, Yogyakarta.

Ketua WTT Purwito mengatakan, ratusan warga ini awalnya ingin menghadiri sosialisasi rencana pembangunan bandara yang dilakukan di Balai Desa Glagah. Namun di tengah jalan pihaknya dilarang memasuki wilayah balai desa. Sehingga warga menggelar aksi di tengah jalan Daendels.

"Tadi dari rumah maunya berangkat bersama-sama jalan kaki agar kompak. Ternyata di situ blokade pihak aparat tidak boleh masuk sekitar jam 08.00 WIB. Maunya yang masuk satu satu, kan harusnya kalau satu-satu, ya di sono (balai desa)," ujar Purwito di lokasi Selasa (23/09/2014).

Purwito mengatakan, pihaknya akan tetap berjalan dengan menutup akses jalan sembari menunggu pihak yang berwenang mau menemui mereka. Ia hanya ingin mendapat kejelasan informasi pembangunan bandara baru di wilayahnya.

Warga menolak pembangunan bandara tersebut karena terkait harga ganti rugi tanah yang belum disepakati. Warga menilai sosialisasi harga tersebut yang dilakukan pihak terkait belum mengeluarkan harga resmi. Karenanya mereka mengaku khawatir harga tersebut lebih murah dari semestinya.

Lahan yang terkena imbas pembangunan bandara di wilayah kecamatan Temon, Kulon Progo seluas 673 hektar.

"Kita tunggu katanya pak kapolsek dan kades katanya mau nemuin. Kita ingin semuanya warga itu jelas lega ingin ketemu aparat siapa saja. Belum ditemui," ujarnya

Pantauan Liputan6.com, warga menutup akses jalan Daendels dengan membentangkan kayu, menaruh batu besar dan bambu agar akses lalu lintas tidak bisa berjalan. Warga juga terlihat duduk-duduk di tengah jalan memenuhi jalan raya Daendles.

Warga memenuhi jalan hampir 3 km yang dipenuhi batu besar di tengah jalan. Warga juga menggelar salat berjamaah di tengah jalan yang dilanjutkan dengan salawatan. Purwito berharap aksi ini sebagai bentuk penolakan warga terhadap rencana pembangunan bandara baru Yogyakarta.

"Pemberitaan sosialisasi sesuai dengan kenyataan di lapangan. Bahwa warga menolak," pungkas Purwito. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.