Sukses

Jilatan Badai Matahari ke Bumi Membentuk Fenomena Aurora

2 Badai matahari menyembur Bumi. Dan semburan api dari badai pertama yang terjadi pada 9 September pukul 07.29 WIB tiba Sabtu pagi tadi.

Liputan6.com, Jakarta - 2 semburan Badai matahari mencapai Bumi. Dan semburan api dari badai pertama di Matahari yang terjadi pada 9 September pukul 07.29 WIB lalu itu telah sampai ke Bumi pagi tadi. Jilatan api yang masuk ke Bumi itu membentuk aurora.

"Plasma atau partikel yang meletup sampai ke bumi sekitar pukul 06.46 WIB," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (13/9/2014).

Thomas mengatakan, selain 9 September, badai juga terjadi 11 September 2014 pukul 00.45 WIB lalu. Namun baru badai yang pertama saja yang mencapai Bumi. Ini karena, partikel dari Matahari itu membutuhkan waktu sekitar 3-4 hari untuk sampai di Bumi.

Badai kedua diprediksi baru tiba di Bumi pada 15 September 2014 mendatang. Badai kedua, lanjut dia, lebih kuat dari yang pertama. Badai pertama klasifikasi kelasnya M (middle atau sedang) 4,5, sementara badai keduanya X (ekstrem) 1,6.

 

 

Manusia bisa bernapas lega. Meski sampai ke Bumi, lontaran partikel dari badai matahari ini tak berbahaya. Lantaran mekanisme planet ini yang memiliki pelindung berupa magnetosfer dan atmosfer.

Magnetosfer menghalau partikel energetik, membelokkannya hingga tak menembus Bumi. Namun, sambung dia, ada sebagian partikel yang berhasil masuk ke belahan Bumi. Tetapi tetap tak berbahaya.

"Di wilayah kutub yang sebagian partikel itu memasuki bumi membentuk fenomena aurora."

Sementara lapisan atmosfer Bumi berfungsi melindungi dari pancaran sinar ultraviolet (UV).

Normalkah badai matahari ini?

"Ini peristiwa normal. Dari aktivitas magnetik di Matahari kemudian menimbulkan letupan yang disebut sebagai flare (letupan) dan lontaran materi Matahari atau coronal mass ejection (CME)," papar dia.

Thomas menuturkan, partikel lokasi badai di bintik Matahari tengah berada di tengah piringan Matahari. Karena itulah lontarannya bisa menyembur ke Bumi.

Lontaran ini memang tak berbahaya namun bisa berdampak pada lingkungan antariksa. "Terutama pada satelit-satelit yang beroperasi di angkasa yang berpotensi terganggu oleh badai matahari," ujar dia.

"Dan juga kemungkinan pada gangguan komunikasi radio gelombang pendek."

Sementara saat ini aktivitas matahari mulai menurun. Badai matahari ini akan terjadi lagi 11 tahun mendatang dengan jumlah kejadian yang meningkat. Tergantung aktivitas Sang Surya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini