Sukses

Tiongkok Kembangkan Kapal Selam yang Bisa 'Terbang' di Bawah Air

Kapal selam yang ada saat ini bergerak dengan kecepatan sekitar 74 km/jam, lebih lambat daripada rata-rata mobil di jalan bebas hambatan.

Liputan6.com, Shanghai Ilmuwan Harbin Institute of Technology, Tiongkok tengah mengembangkan kapal selam penumpang berkecepatan tinggi. Melampaui yang ada saat  ini, yang baru mampu bergerak dengan kecepatan sekitar 74 km/jam, lebih lambat daripada rata-rata mobil di jalan bebas hambatan.

Seperti yang dilansir Liputan6.com dari AOL (26 Agustus 2014), rencana yang dikembangkan untuk kapal selam hyper itu melibatkan apa yang disebut "supercavitation".

Pada dasarnya, itu adalah teknologi yang menciptakan kantong udara di sekitar kapal selam. Teknologi itu menghilangkan gesekan yang biasanya dialami oleh suatu kapal dikarenakan air di sekitarnya. Dengan demikian, bsia diibaratkan kapal selam itu "terbang" di bawah permukaan air.

Walaupun istilah supercavitation jarang didengar orang, harian Washington Post memberitakan bahwa itu bukan hal baru. Pada masa Perang Dingin, "Rusia...telah mengembangkan torpedo yang meluncur lebih dari 307 km/jam menggunakan pendekatan itu."

Sebenarnya supercavitation sudah ada di alam liar, seccara alami. Udang mantis menggunakan supercavitation saat menubruk mangsa atau musuhnya dengan kecepatan tinggi.

Perkiraan dari California Institute of Technology mengatakan bahwa suatu saat nanti kapal supercavitation dapat mencapai kecepatan suara ketika melaju di bawah permukaan air.

Menurut laporan Time, "Ini berarti menyebrang 9.600 kilometer dari San Francisco ke Shanghai hanya butuh waktu dua jam." Sekarang ini, penerbangan San Francisco ke Shanghai memakan waktu sekitar 11 jam.

Jika kapal selam itu bisa diwujudkan, para ilmuwan dapat memecahkan masalah-masalah yang ada di masa lalu.

Torpedo di masa Perang Dingin memiliki dua kekurangan yang bisa merepotkan jika dialami oleh kapal selam penumpang: satu, peluncurannya langsung dalam kecepatan tinggi. Dua, belum ada cara mengemudikannya.

Pihak Tiongok dikabarkan telah mengatasi dua persoalan itu dengan membran cairan khusus. Menurut harian South China Morning Post, cairan buatan manusia itu akan "mengurangi hambatan air pada kapal di kecepatan rendah" dan "membantu saat mengemudi karena, dengan kendali yang teliti, tingkat-tingkat gesekan yang berbeda dapat diciptakan di bagian-bagian berbeda di kapal itu."

Namun demikian, menurut harian itu masih tersisa satu masalah penting.

Mesin-mesin yang digunakan oleh torpedo pada masa Perang Dingin hanya dimaksudkan untuk digunakan sejauh 11 hingga 15 km. Jika para peneliti melihat ini sebagai suatu bentuk lain dari pengangkutan sipil, tentu saja tidak layak.

Seorang penulis untuk Sploid mengatakan, jangan lupa bahwa ini adalah proyek militer. "Teknologi ini bisa sangat berguna untuk moda transportasi massal, tapi juga untuk pengembangan senjata bawah air."

AS juga mengetahui tentang hal ini. Di tahun 2009, telah dilaporkan bahwa Badan Penelitian Pertahanan Amerika Serikat (DARPA), telah melirik supercavitation untuk mengangkut armada kecil Angkatan Laut. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini