Sukses

Bukan Hanya Ancam Pemerintah, ISIS Juga Ancam Warga AS

ISIS yang memenggal kepala seorang wartawan AS, James Foley yang telah diculik sejak akhir tahun 2012

Liputan6.com, Boston - Pada 19 Agustus lalu terbitlah suatu video yang menayangkan tindakan keji kelompok ISIS yang memenggal kepala seorang wartawan AS yang telah diculik sejak akhir tahun 2012. Sebelum dihukum mati, James Foley (40) ditahan bersama dengan beberapa wartawan lain. Dulunya ia pernah menjadi wartawan di GlobalPost.

Pada Selasa, 12 Agustus lalu, orangtua Foley menerima email dari penyandera putra mereka yang menyatakan bahwa Foley akan "dihukum mati".

Keluarga Foley, harian GlobalPost, pihak berwenang, dan konsultan keamanan swasta berusaha mencari tempat keberadaan Foley dan mengupayakan pembebasannya sejak ia diculik pada hari Thanksgiving hampir dua tahun lalu. Demikianlah yang dilansir Liputan6.com dari GlobalPost.

Kelompok teroris itu menyatakan bahwa kematian Foley merupakan pembalasan atas serangan-serangan udara AS terhadap ISIS baru-baru ini.

Kelompok ISIS, yang sekarang masih menahan 3 orang tawanan warga AS di Suriah, pernah mengancam untuk membunuh salah satu tawanan, wartawan lepasan Steven Sotloff, jika AS meneruskan pemboman di Irak.

Keluarga Foley telah setuju untuk menerbitkan surel dari penyandera James. Harian GlobalPost terpilih untuk menerbitkannya secara lengkap guna tujuan keterbukaan dan untuk menceritakan cerita ini dari sisi James.

Harian itu yakin bahwa isi tulisan itu memberikan penjelasan tentang motivasi dan taktik IS.

Selain pandangan ekstrem yang dapat dibaca, surel itu berisi beberapa hal yang tidak sesuai fakta. Misalnya, keluarga Foley tidak "mendapatkan banyak kesempatan untuk tawar menawar" demi pembebasan James.

Setelah lebih dari satu tahun tanpa hubungan apapun, keluarga Foley menerima pesan pertama dari penyandera James pada 26 November 2013 yang isinya meminta uang dengan segera.

Setelah para militan itu membuktikan kepada pihak keluarga dan penyidik bahwa mereka memang sebenarnya menahan James, mereka meminta tebusan sebesar 100 juta euro atau pembebasan beberapa tahanan yang dipenjara oleh AS.

Saat berikutnya keluarga Foley mendapat kabar dari para penyandera pada tanggal 12 Agustus lalu, mereka menerima surel ini:

SAMPAI KAPAN DOMBA MENGIKUTI GEMBALA YANG BUTA?

Sebuah pesan kepada pemerintah Amerika dan warga-warganya yang serupa domba:

Kami tidak mengganggu kamu sejak kekalahanmu yang memalukan di Irak. Kami tidak campurtangan di negaramu atau menyerang warga-warga negaramu di rumah-rumahnya walaupun kami memiliki kemampuan untuk itu!

Sedangkan sampah masyarakatmu yang sekarang dalam tahanan kami, MEREKA BERANI MEMASUKI SARANG SINGA DAN DISANTAP!

Kamu sudah diberikan beberapa kesempatan untuk negosiasi pembebasan orang-orangmu melalui transaksi tunai sebagaimana yang telah diterima oleh pemerintah-pemerintah yang lain,

Kami juga telah menawarkan tukar-menukar tawanan untuk membebaskan kaum muslim yang sekarang dalam tahananmu semisal saudari kami Dr. Afia Sidiqqi, namun demikian kamu langsung membuktikan kepada kami bahwa ini BUKAN hal yang menarik bagimu.

Kamu tidak punya motivasi untuk menghadapi kaum muslim kecuali dengan bahasa paksaan, suatu bahasa yang diberikan dalam "terjemahan bahasa Arab" ketika kamu mencoba menduduki tanah Irak!

Sekarang kamu kembali untuk membom kaum muslim Irak sekalo lagi, sekarang ini menggunakan serangan-serangan udara dan "tentara antek-antek", sembari secara pengecut sembunyi dari konfrontasi muka-ke-muka!

Hari ini pedang-peang kami akan dihunus ke arahmu, BAIK PEMERINTAH MAUPUN WARGA NEGARA! DAN KAMI TIDAK AKAN BERHENTI HINGGA KAMI MEMUASKAN DAHAGA KAMI AKAN DARAHMU.

Kamu tidak menyisakan kaum lemah, jompo, wanita dan anak-anak kami jadi kami juga TIDAK akan menyisakan kaum-kaum kalian!

Kamu dan warga-warga negaramu akan membayar harga untuk pemboman-pemboman kamu!

Yang pertama-tama adalah darah warga negara Amerika, James Foley!

Ia akan dihukum mati sebagai akibat LANGSUNG dari pelanggaranmu terhadap kami!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.