Sukses

Ahok Ngelus Dada 6 Ruas Tol Dalam Kembali Ditolak

Padahal menurut Ahok, dengan menambah 6 ruas jalan tol dalam kota malah akan membuat jumlah kendaraan merata.

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan 6 ruas jalan tol dalam kota segera dilaksanakan usai penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) 6 ruas jalan tol dalam kota Jakarta antara Badan Pengatur Jalan Tol dan PT Jakarta Tollroad Development pada pertengahan Juli 2014 lalu.

Namun, penolakan terhadap proyek tersebut muncul dari sebagian kalangan. Mereka menilai, pembangunan tol ini hanya akan menambah banyak jumlah kendaraan di Jakarta saja. Hal ini pun membuat Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengelus dada.

"Alasan nolaknya, bangun jalan tol cuma tambah mobil. Aduh, saya urut dada dengar alasan seperti itu," ucap pria yang karib disapa Ahok itu di Balaikota Jakarta, Rabu (20/8/2014).

Padahal menurut dia, dengan menambah 6 ruas jalan tol dalam kota malah akan membuat jumlah kendaraan merata. Karena adanya penambahan jalan, maka kendaraan roda 4 khususnya memiliki alternatif jalan lainnya untuk dilalui. Sehingga kendaraan tidak bertumpuk di satu atau dua jalan saja yang sering menyebabkan kemacetan.

"Tambah jalan, bukankah membuat lebih lega? Nambah mobil itu logika konyol," ujar Ahok.

Karena Ahok menilai, meski jalan tak ditambah, jumlah kendaraan juga pasti akan bertambah selama ada minat dan produknya tersedia. Jika tak ingin jumlah kendaraan meningkat, ada beberapa cara yang menurut Ahok bisa dilakukan. Seperti menerapkan pajak progresif, BBM bersubsidi dicabut, tarif parkir dimahalkan, dan menerapkan sistem jalan berbayar elektronik atau electronic road pricing (ERP).

"Dan pembatasan tahun mobil kalau berani. Mobil tua mesti diafkir," ucap Ahok.

Justru, lanjut dia, apabila 6 ruas jalan tol dibangun, maka jalur untuk bus-bus angkutan umum seperti Transjakarta juga akan bertambah. Sehingga, jangkauannya pun semakin luas untuk melayani masyarakat.

Sebab, pada 6 ruas jalan tol nanti, Pemprov DKI sudah meminta untuk disediakan jalur khusus bus Transjakarta. Jika nanti DKI jadi membangun 3 rute layang, berarti akan ada 9 jalur Transjakarta layang.

Dulunya, diakui Ahok, dirinya setuju hanya 2 ruas jalan tol yang dibangun karena waktu itu jalan tol lingkat luar belum tersambung, proyek MRT juga belum diketok palu, lalu Transjakarta pun masih berbentuk unit pengelola, serta Jakarta belum memiliki bus tingkat gratis.

"Kalau ngeluh tol karena berbayar, nah gua balik, ngantrinya dari dalam. Masuk nggak bayar, keluar tol baru bayar. Begitu aja logikanya. Udahlah, ngomong jujur aja ya kalau tukang pengamat, lu batalin tol pun, macet kritik nggak? Kritik," tegas Ahok.

Berikutnya: 6 Jalan Tol

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

6 Jalan Tol

Ruas 6 jalan tol ini nantinya dibangun melalui 3 tahap. Tahap pertama akan dibangun ruas jalan tol dalam kota yaitu Semanan-Grogol-Sunter. Jalur ini memiliki panjang 20.320 kilometer yang terdiri dari seksi pertama Semanan-Grogol dan seksi kedua Grogol-Sunter.

Ruas jalan tol dalam kota lainnya adalah Sunter-Pulogebang yang memiliki panjang 9.440 kilometer. Tahap ini diperkirakan memakan waktu perencanaan (desain rinci, pembebasan tanah) hingga pertengahan 2015 dan akan memulai konstruksi pada sekira awal dan pertengahan 2016 dan diperkirakan selesai pertengahan 2018.

Tahap kedua ruas jalan tol yang akan mulai dilakukan perencanaannya yaitu ruas jalan tol Duri Pulo-Tomang-Kampung Melayu sepanjang 12.650 kilometer dimulai dari pertengahan 2016 dan akan dikerjakan pertengahan 2018. Kemudian ruas jalan tol berikutnya yaitu Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9600 kilometer dimulai dengan waktu yang sama.

Selanjutnya, tahap ketiga yaitu ruas jalan tol yaitu Ulujami-Tanah Abang sepanjang 8.700 kilometer yang mulai pada awal tahun 2018, pekerjaan pada awal 2020, begitupula ruas jalan tol Tanjung Barat-Casablanca.

Keseluruhan 6 ruas jalan tol dalam kota Jakarta mencapai 69.770 kilometer dengan total anggaran Rp 41.174.012 triliun atau kurang lebih Rp 42 triliun. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.