Sukses

Buaya Albino Langka 'Michael Jackson' Memangsa Manusia

Insiden tersebut adalah kehilangan ganda: satu nyawa manusia dan buaya langka yang 'hanya ada satu di antara sejuta'.

Liputan6.com, Adelaide - Buaya langka berkepala albino tamat. Hewan buas yang diberi nama 'Michael Jackson' itu mati ditembak, setelah ia memangsa seorang pria di Sungai Adelaide, Australia Senin 18 Agustus 2014 petang.

Korban, nelayan berusia 57 tahun, diserang dan akhirnya tewas akibat gigitan buaya saat sedang memancing di sungai yang terletak 60 km sebelah timur Darwin. Kala itu pria tersebut sedang masuk ke air untuk memperbaiki pancingnya. Tragisnya, ia meregang nyawa di depan istrinya.

Insiden tersebut adalah kehilangan ganda: satu nyawa manusia dan seekor buaya langka yang 'hanya ada satu di antara sejuta'.

Polisi dan penjaga taman nasional (ranger) menjelajahi sungai penuh buaya Senin malam lalu. Menembak dan mematikan hewan sepanjang 4,5 meter itu sekitar pukul 21.30 waktu setempat. Jasad korban lalu dievakuasi beberapa saat kemudian.

Sementara, istri korban mendapat perawatan dari paramedis. Ia dalam kondisi shock. Hatinya terguncang.

Sungai Adelaide dikenal sebagai destinasi wisata, tur Jumping Croc -- di mana kapal-kapal pengunjung melintasi aliran airnya. Wisatawan disuguhi atraksi buaya yang melompat, menggapai daging yang dilekatkan di kait khusus.

"Michael Jackson adalah satu di antaranya sejuta," kata Rob Marchand, pemilik Wallaroo Tours yang menyelenggarakan Jumping Croc di sungai tersebut, seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Selasa (19/8/2014).

Kepada ABC, dia mengatakan buaya unik tersebut menjadi bagian dari kehidupan di sungai itu selama bertahun-tahun. Akhir-akhir ini, si buaya kerap terlibat pertarungan, untuk memperebutkan posisi dan juga sedang bersiap berkembang biak.

Dan hanya buaya yang kuat dan agresif bisa bertahan hingga tubuhnya mencapai 4 meter atau lebih. Si albino termasuk tangguh, panjang badannya mencapai 4,5 meter.

"Dorongan alamiah membuat buaya itu melakukannya (memangsa manusia). Untuk bertahan. Mereka hanya tahu 3 hal: makan, bereproduksi, dan agresi... jika tak menjaga diri, kau pasti akan dimakan."



Menurut Rob Marchand, buaya tak seharusnya dipersalahkan atas perilaku alami mereka. Ia juga membantah kegiatan tur yang mereka lakoni mendorong perilaku predator di Sungai Adelaide. "Aku yakin, buaya-buaya itu sudah tahu bagaimana caranya memangsa manusia sebelum kami datang ke sini," kata dia.

Serangan tersebut adalah yang ketiga dalam tahun ini. Sebelumnya, seorang bocah diseret buaya ke sebuah billabong atau danau air di Jabiru Januari lalu. Seorang nelayan lain ditarik paksa dari perahunya saat ia mengosongkan ember di Sungai Kakadu dua bulan yang lalu.

Seekor buaya juga ditembak mati di Pulau Tiwi, atas dugaan menewaskan seorang pria yang dinyatakan hilang dan belum diketahui keberadaannya hingga berita ini diturunkan.

Namun belakangan, diduga si buaya korban salah sangka. Tes pada bahan organik yang ditemukan di perutnya belum menghasilkan hasil yang konklusif. (Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini