Sukses

Mengintip Uniknya Bentuk Toilet di Luar Angkasa

Toilernya menggunakan sistem pipa hisap khusus. Lalu sisa pembuangan dikirim ke International Space Station (ISS). Berikut gambarannya.

Liputan6.com, Washington DC - Pernahkah Anda bertanya bagaimana cara astronot menggunakan toilet dalam lingkungan tanpa gravitasi? Jika ya, ilmuwan Hank Green akan mencoba menjelaskannya. Yuk, intip keberadaan alat pembuangan unik tersebut.

Dikutip dari Dailymail, Kamis (7/8/2014), melalui video yang diunggah Green ke YouTube, ia menjelaskan bagaimana astronot melakukan aktivitas buang airnya. Ia mengungkapkan, mereka menggunakan sistem pipa hisap khusus. Lalu sisa pembuangan dikirim ke International Space Station (ISS).

"Seperti yang Anda bayangkan, ini sedikit rumit," kata Green dalam videonya.

Sebagai perbandingan, toilet di Bumi berdiameter 30-45 cm, sedangkan diameter toilet luar angkasa hanya berukuran 10 cm. Para astronot harus mengatur posisi duduk mereka supaya nyaman ketika memenuhi panggilan alam ini.

"Toilet itu bekerja seperti vacuum cleaner, dengan menggunakan tekanan udara diferensial untuk menyedot sisa buangan. Sisa tersebut tidak dibuang ke luar angkasa, melainkan dibuang pada sebuah kapsul dan dikirim ke bumi," jelas ilmuwan asal Montana tersebut.

Untuk aktivitas buang air kecil, masing-masing astronot memiliki corong urine tersendiri yang ada pada selang adaptor. Ketika corong digunakan, akan ada mesin yang menghisap urine keluar ke tangki khusus.

"Tentu rancangan alat ini berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Bagi astronot perempuan, hal ini lebih mudah," kata Green.

"Mereka (astronot wanita) dapat menempatkan corong langsung ke tubuhnya dan langsung membuangnya. Sedangkan untuk laki-laki, mereka harus memegang corong untuk membuang urine, mereka dapat terluka apabila memegang alat tersebut terlalu dekat," tutur dia.

Toilet khusus tersebut memakan biaya yang tidak murah karena fasilitasnya yang cukup kompleks. Satu toilet dihargai US$ 19 juta atau sekitar Rp 223 miliar. Sedangkan biaya seluruh pembuatannya sebesar US$ 250 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun.

Pada tahun 2008, para astronot menggunakan toilet dengan sistem pemurnian dan penyaringan yang memungkinkan urine menjadi air, yang dapat digunakan untuk minum dan mandi.

Proses penyaringan tersebut menggunakan penyuling berukuran besar untuk mendidihkan cairan dengan menggunakan gravitasi buatan.

Untuk ke depannya, NASA berharap dapat menghasilkan listrik dari urine, yang dikenal dengan proses osmosis. (Imelia Pebreyanti)

Baca Juga:

Video Cara Bikin Roti Isi di Luar Angkasa

10 Tahun Berkelana, Pesawat Rosseta Kian Dekati Komet

Latihan Hidup di Mars Tanpa Tinggalkan Bumi

(Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.