Sukses

Bekingan Amerika Serang Gaza

Senjata dan amunisi senilai US$ 1 miliar milik Amerika Serikat disimpan di Israel selama beberapa tahun.

Liputan6.com, Gaza - Oleh: Rizki Gunawan dan Tanti Yulianingsih

Entah harus berapa lagi jumlah korban jiwa di Tanah Gaza sejak Israel melancarkan agresi militer "Protective Edge Operation" sejak 8 Juli 2014. Alih-alih menghentikan, Israel menegaskan akan tetap melancarkan serangan hingga keamanan negara mereka tercapai dengan sempurna. Hingga kini korban jiwa mencapai lebih dari 1.700 orang di Gaza,  Sementara di pihak Israel, sebanyak 63 tentara dan 3 warga sipil telah tewas.

"Israel akan melakukan apa pun harus dilakukan untuk melindungi rakyat. Kelompok itu akan membayar mahal serangan terhadap Israel," ujar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, seperti dimuat BBC, Minggu 3 Agustus 2014.

Pernyataan itu dilontarkan setelah Israel dipastikan kembali menerima kucuran dana fantastis senilai US$ 225 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun untuk membantu sistem pertahanan Iron Dome atau anti-rudal untuk menghalau roket dari Hamas.

Sama seperti dalih yang dilontarkan Israel, Amerika Serikat menilai bekingan itu diperlukan untuk menjamin keselamatan warga Israel.

"Kita tidak bisa menunggu sebulan atau 5 minggu lagi dengan tidak bertindak membantu Israel mengisi pasokan rudal Iron Dome," kata Senator dari Arizona, John McCain, yang dilansir CNN.

Menurut Presiden Barack Obama, keputusan ini merupakan langkah konkret Amerika Serikat untuk melindungi Israel. Dia juga meminta Hamas yang dikabarkan menculik tentara Israel untuk membebaskannya.

"(Bantuan) Ini untuk menjamin agar Israel tetap bisa melindungi warga negaranya," ujar Obama, seperti dilaporkan USA Today. Namun Presiden ke-44 AS itu sebelumnya menekankan untuk memperhatikan jatuhnya warga sipil yang menjadi korban jiwa.

Dua hari sebelum dukungan itu diteken, atau 31 Juli 2014, Israel menambah 16 ribu tentaranya untuk menyerang Gaza. Selain menambahkan pasukan, negeri zionis juga menambah cadangan persenjataan militer yang dibantu Amerika Serikat. Negeri Paman Sam mengonfirmasi pihaknya telah menyetujui penjualan senjata untuk Israel.

"Amerika Serikat berkomitmen untuk keamanan negara Israel, dan ini menjadi bagian penting bagi Amerika Serikat untuk membantu Israel dalam mengembangkan pertahanan militer," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, John Kirby. "Penjualan senjata ini sejalan dengan misi-misi tersebut," imbuh dia.

Senjata dan amunisi senilai US$ 1 miliar milik Amerika Serikat disimpan di Israel selama beberapa tahun untuk mengantisipasi apabila terjadi kondisi darurat pada Negeri Zionis.

Dalam lansiran ABC, Amerika Serikat telah memberikan sejumlah amunisi untuk tank tempur dan peluncur granat dalam beberapa pekan terakhir, di mana Israel tengah menyerang Gaza.

Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) John Kirby, persenjataan itu sudah disiapkan beberapa tahun sebelumnya. Sebelum agresi militer Israel di Gaza dilancarkan. "Kedua jenis amunisi telah kami stok beberapa tahun terakhir sebelum krisis (di Gaza)," kata Kirby.

Protes Dukungan AS>>>

Baca juga:

Zionis, Obama, dan Tanah 3 Agama

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Protes Dukungan AS

Langkah AS mendukung Israel menuai protes dari sejumlah warga di Negeri Paman Sam. Atas dasar kemanusiaan, ribuan demonstran turun ke jalan dan mengepung kompleks kantor presiden atau Gedung Putih di Washington DC.

Para demonstran, termasuk sejumlah anak-anak tentara AS, yang memadati jalan sekitar Gedung Putih menyuarakan kecaman mereka atas langkah pemerintahan Barack Obama.

"Hentikan bantuan Amerika ke Israel," teriak demonstran. "Israel harus keluar dari Palestina," kata yang lainnya," seperti dimuat Global Post.

Beberapa demonstran terlihat mengenakan jubah berwarna putih, hijau, hitam, dan merah sebagai simbol warna untuk bendera Palestina. Ada juga yang tidur beramai-ramai di jalan untuk mendeskripsikan para korban jiwa di Gaza.

"Gaza tidak akan hancur, tidak akan hancur," kata Amar Jamal, seorang pemrotes yang datang bersama istri dan anaknya.

"Kita harus menciptakan perdamaian, jika tidak, pertumpahan darah akan terus terjadi. Seluruh kawasan Timur Tengah bisa darurat jika konflik ini tak dihentikan," imbuh pria berusia 70 tahun yang lahir di Palestina itu.

Demonstran lainnya mengecam langkah yang diputuskan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang enggan menghentikan serangan dan bahkan malah menegaskan akan mengeluarkan segenap senjata untuk menggempur Gaza.

Dalam satu spanduk yang dibentangkan pemrotes, dituliskan bahwa "Netanyahu dan Hitler sama. Perbedaannya hanya pada nama."

Shereen Abdel-Nabi yang bersama putranya mengenakan kaos bertuliskan "Jesus ada untuk Palestina" juga menyuarakan kecaman atas tindakan Israel. Dia menekankan bahwa ini bukan sengketa agama. "Ini adalah isu kemanusiaan. Pemerintah Amerika berada di jalan yang tak tepat (dengan mendukung Israel," ujar Shereen.

Sebuah surat juga pernah dilayangkan kepada Obama dari seorang dokter yang menjadi relawan di RS al-Shifa, Gaza. Namanya, Mads Gilbert, MD PhD. Pria 67 tahun itu sudah berkali-kali mengabdi di Gaza, 17 tahun bolak-balik. Ia datang dari negara di mana rakyatnya menikmati kegembiraan dan kebebasan: Norwegia.

Begini isinya:

“Mr Obama - apakah Anda punya hati?

Saya mengundang Anda, menghabiskan satu malam -- hanya semalam -- dengan kami di Shifa. Menyamar sebagai tukang bersih-bersih, mungkin.

Saya yakin, 100 persen, itu akan mengubah sejarah.

Tak seorang pun, yang punya hati dan kuasa yang bisa melalui malam di Shifa tanpa bertekad untuk mengakhiri pembantaian rakyat Palestina…

Tolong. Lakukan apa yang Anda bisa. Ini tak boleh dibiarkan."

Bantuan Inggris?>>>

3 dari 3 halaman

Bantuan Inggris?

Amerika Serikat disebut bukanlah satu-satunya negara yang berada di balik Israel. Inggris juga dikabarkan telah memberikan sokongan senjata militer kepada negeri zionis.

Dalam sebuah dokumen yang dibocorkan Badan Anti Penjualan Senjata, Campaign Against Arms Trade (CAAT) kepada The Independent, disebutkan bahwa senjata militer yang digunakan Israel untuk menyerang Gaza sejak 8 Juli 2014 lalu merupakan buatan Inggris.

Dipaparkan pula bahwa 130 perusahaan pembuatan senjata telah mendapat izin resmi untuk merakit peralatan militer sejak 2010, yang kemudian dijual ke Israel.

Dua perusahaan di antaranya diketahui sebagai pihak penyuplai pesawat tak berawak Hermes drone, yang disebut Israel sebagai "tulang punggung" misi militer mereka.

"Hermes drone adalah salah satu pesawat yang paling banyak digunakan Israel, terutama di perbatasan Gaza," tulis laporan tersebut.

Perusahaan manufaktur pesawat, BAE Systems juga dilaporkan turut menjadi penyuplai kerangka dasar pesawat tempur F16S untuk Israel sebelum tahun 2002. Tapi BAE systems saat ini mengonfirmasi bahwa pihaknya sudah menghentikan pengiriman kerangka ke Israel.

Selain itu dibeberkan pula sejumlah perjanjian kerja sama militer antara perusahaan yang bergerak di bidang pertahanan Inggris dengan Israel.

"Israel merupakan salah satu konsumen terbesar bagi Inggris dalam persenjataan militer," tulis Independent.co.uk.

Namun demikian, pemerintah Inggris saat ini menegaskan bahwa pihaknya tengah mempertimbangkan ulang sejumlah perjanjian kerja sama militer Israel lantaran kondisi di Gaza yang semakin parah, termasuk jatuhnya ribuan korban jiwa.

"Kami akan memperhitungkan kembali kesepakatan, termasuk izin penjualan senjata karena risikonya sudah sangat parah, dan untuk mengantisipasi hal-hal yang memicu provokasi dan memperlebar konflik," demikian pernyataan pemerintah Inggris, yang dilansir Al-Arabiya. (Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini