Sukses

'Ketukan' Maut Israel di Atap Rumah Warga Gaza

Diduga dilakukan sebagai taktik perang psikologis Israel, untuk meneror warga Gaza, alih-alih menyelamatkan nyawa.

Liputan6.com, Gaza - Ada ketukan yang sama sekali tak ingin didengar. Bukan salesman. Juga bukan oleh polisi. Suara tok..tok..tok itu bahkan tak berasal dari pintu. Namun, warga Gaza, Palestina yang mendengarnya paham suara rentetan di atap, berarti mereka hanya punya waktu 1 menit untuk keluar. Sebelum rumah hancur lebur akibat dibom Israel.

Bunyi itu disebabkan bom kecil yang datang duluan dari sebelum yang besar. Membawa pesan dari Angkatan Bersenjata Israel atau Israel Defence Force (IDF): "Keluar, sekarang, atau kau mati".

Dijuluki 'roof-knocking' -- ketukan atap suara pada dari rumah bagian atas dianggap peringatan datangan serangan besar dan malapetaka bagi penduduk. Israel mengklaim, itu dilakukan untuk mengurangi korban warga sipil Palestina -- di tengah kecaman dunia internasional atas jatuhnya banyak korban tak berdosa.

"Untuk memperingatkan warga sipil dari serangan yang akan datang, IDF menyebar selebaran, membuat panggilan telepon, dan mengirimkan SMS. Berapa banyak militer melakukan itu?" tulis IDF di laman Twitter resminya, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Selasa (15/7/2014).

Dalam video di bawah, digambarkan bagaimana penghuni rumah milik Samir Nofal, yang menerima peringatan tersebut.

Seperti dimuat kantor berita Gaza, Watania, 'ketukan' Israel bisa sampai membuat atap rumah bolong. Tapi tak sampai mengakibatkan kerusakan besar.

Tapi, semenit kemudian, bom besar dikirim. Membuat rumah 3 lantai hancur lebur. Asap, debu, dan puingnya memenuhi jalanan.



Israel berdalih, mereka menjadikan bangunan sipil, termasuk rumah tinggal, sebagai sasaran karena diduga digunakan sebagai tempat menyembunyikan militan dan senjata. Sejauh ini, klaim pihak negeri zionis belum bisa diverifikasi.

Jumlah korban tewas, yang kebanyakan justru rakyat sipil, jadi masalah besar bagi Israel. Di sisi lain, hal tersebut menjadi bahan kampanye dan propaganda, dengan cara menyalahkan pihak lawan -- Hamas -- sebagai biang keladi.

Apapun propaganda Israel dan bagaimana mereka berkoar korban jiwa dari rakyat biasa bisa ditekan, fakta membuktikan sudah lebih dari 180 orang tewas sejak Operasi 'Protective Edge' digelar sejak Selasa 8 Juli 2014 lalu.

Kebanyakan korban adalah warga sipil, termasuk anak-anak. Mengulang kisah tragis pada tahun 2012 dan 2008 lalu.

IDF menjadikan 'ketukan atap' sebagai jawaban atas kritik dan hujatan yang terarah ke pihaknya.

Kendati demikian, kritikus menuding bahwa tak semua panggilan telepon atau bom kecil yang dijatuhkan, diikuti serangan besar. Itu diduga dilakukan sebagai taktik perang psikologis Israel, untuk meneror warga Gaza, alih-alih menyelamatkan nyawa.  

"Bagaimana bisa menembakkan misil ke rumah warga biasa dianggap sebagai peringatan yang efektif," demikian pernyataan Amnesty International.

"Amnesty International telah mendokumentasikan warga sipil tewas atau terluka, akibat rudal serupa dalam operasi militer Israel sebelumnya di Jalur Gaza."

Niat Israel membalas Hamas -- atas roket-roket yang diluncurkan militan ke wilayahnya, menjadi hukuman kolektif bagi seluruh warga di Jalur Gaza. Adilkah? (Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.