Sukses

Obama Puji Proses Demokrasi di Libya

Obama mengatakan, AS akan berdiri dengan Libya pada masa transisi menuju demokrasi.

Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat Barack Obama Kamis menyambut proses pemilihan umum di Libya sebagai tonggak bersejarah. Dia mengatakan, AS akan berdiri dengan bangsa yang tercabik oleh peperangan itu pada transisi menuju demokrasi.

Pihak berwenang Libya menyatakan harapan bahwa pemilu Rabu yang hasilnya masih dihitung, akan membuka jalan keluar dari kekacauan yang melanda negara itu sejak 2011 usai Moamer Gaddafi terguling.

"Saya mengucapkan selamat kepada rakyat Libya pada akhir pemilu untuk membentuk Dewan Perwakilan Rakyat baru, sebuah tonggak sejarah dalam upaya berani untuk transisi empat dekade dari kediktatoran menuju demokrasi penuh," kata Obama dalam satu pernyataan.

Tetapi dia menekankan bahwa pemungutan suara itu hanya satu langkah dalam pergeseran demokrasi Libya.

"Pemerintah baru Libya sekarang harus fokus pada membangun konsensus guna mengatasi tantangan membangun keamanan, memberikan pelayanan publik yang efektif, dan memastikan proses politik inklusif," tambah Obama.

Pemilu ini dibayangi kekerasan mematikan di kota kedua Benghazi, termasuk pembunuhan seorang aktivis hak-hak perempuan terkemuka.

Tujuh tentara yang dikerahkan untuk memberikan keamanan pada hari pemungutan suara di Benghazi juga tewas, dan 53 luka-luka, dalam apa yang dikatakan para pejabat keamanan sebagai serangan terhadap konvoi mereka oleh gerilyawan Islam.

"Amerika Serikat meminta semua pihak untuk menghentikan aksi kekerasan dan menyelesaikan perbedaan melalui dialog politik serta partisipasi dalam proses demokrasi," kata Obama.

"Kami tetap berkomitmen untuk mendukung rakyat Libya karena mereka bekerja untuk meletakkan fondasi masyarakat demokratis selama ini menantang namun saat yang bersejarah."

Penasehat Keamanan Nasional Susan Rice mengutuk pembunuhan brutal dan tidak masuk akal atas aktivis hak asasi manusia serta masyarakat sipil Salwa Bugaighis.

Rice mengaku pernah bertemu dengan Salwa pada akhir 2011, tak lama setelah penggulingan Gaddafi.

"Kami bergabung dengan rakyat Libya dalam berduka karena kehilangan Salwa Bugaighis, dan menyerukan pada semua warga Libya untuk menolak ekstremis yang berusaha membungkam lawan mereka dan menggagalkan aspirasi rakyat Libya," jelas Rice. (Ant)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.