Sukses

Militan Irak Serbu Kampus di Ramadi, 2 Orang Tewas

Puluhan mahasiswa dan staf kampus sempat disandera, namun pasukan keamanan bisa memukul mundur serbuan kelompok bersenjata.

Liputan6.com, Ramadi - Kelompok militan Irak menyerbu Universitas Anbar di Kota Ramadi. Mereka sempat menyandera puluhan mahasiswa dan staf.

Seperti dikutip Liputan6.com dari BBC News, Sabtu (8/6/2014), dua orang termasuk penjaga kampus tewas terbunuh dalam serangan tersebut.

Namun sejumlah pejabat mengatakan pasukan keamanan kini kembali memegang kendali kampus. Mereka memukul mundur kelompok bersenjata tersebut.

Wartawan BBC Youssef Taha menulis, operasi penyelamatan tersebut memang menarik banyak perhatian media. "Tapi itu sangat memalukan bagi Perdana Menteri (Nouri Maliki)," tulis Taha.

Provinsi Anbar adalah pusat kekerasan sektarian di Irak. Sejumlah wilayah di sana dikendalikan oleh milisi Sunni. Sebagian besar wilayah Ramadi juga berada di bawah kendali mereka selama berbulan-bulan.

Kekerasan itu berarti mengabaikan pemungutan suara pada pemilihan umum parlementer, 30 April lalu. Aliansi PM Nouri Maliki memenangkan pemilu, tapi partai-partai lain menolak keinginannya untuk kembali berkuasa.

Mereka menyalahkan Maliki atas kekerasan sektarian yang telah menewaskan lebih dari 3.500 orang pada tahun ini dan menuduhnya berupaya memonopoli kekuasaan. Namun, Maliki justru menyalahkan faktor-faktor eksternal seperti konflik di Suriah dan oposisinya atas buruknya situasi politik di Irak.

Sementara itu, Reuters melansir, jumlah orang yang meninggalkan rumah akibat pertempuran setiap bulan di Provinsi Anbar, Irak bagian barat diperkirakan meningkat. Badan PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) pada Jumat 6 Juni 2014 menyatakan jumlah pengungsi saat ini mendekati 480 ribu orang.

"Sejauh ini pemerintah Irak mengatakan 434 ribu orang meninggalkan rumah-rumah mereka sejak pertempuran meningkat Januari tahun ini," beber juru bicara UNHCR Adrian Edwards.

"Namun, pengungsian berskala penuh dari konflik ini tidak diketahui. Sebab, pihak berwenang Irak menghentikan pendaftaran dalam bulan lalu karena situasi yang tidak aman. UNHCR yakin jumlah pengungsi sekarang mendekati 480.000 orang," imbuh Edwards.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini