Sukses

Perpustakaan Sebagai Pusat Internet Masyarakat

Salah satu ruang publik yang terpenting bagi masyarakat Indonesia adalah perpustakaan.

Citizen6, Jakarta Salah satu ruang publik yang terpenting bagi masyarakat Indonesia adalah perpustakaan. Di Kota metropolitan Jakarta ada beberapa buah perpustakaan dan yang terbaik serta yang paling besar dan terkenal tentu saja perpustakaan pusat atau PNRI (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia).

Di perpustakaan PNRI Salemba terdapat ribuan buku, koran, dan arsip-arsip lainnya. Perpustakaan PNRI merupakan tempat riset dan gudang ilmu serta merupakan tempat rujukan bagi perpustakaan daerah dan perpustakaan lainnya serta rujukan perpustakaan asing.

Saya pertama kali datang ke perpustakaan PNRI pada tahun 2003. Saat itu Saya sedang riset dan mencari bahan-bahan tentang kasus tenggelamnya kapal KMP Gurita yang tenggelam pada hari Jumat, 19 Januari 1996, jam 20:30 WIB, yang merengut nyawa kedua orang tuaku. Mereka hilang untuk selama-lamanya di dasar laut yang berkedalaman 385-400 meter di teluk Balohan Sabang.

Pada perpustakaan PNRI ini terdapat katalog online atau sistem OPAC dan jaringan internet wifi. Sambil mencari judul buku-buku yang akan Saya baca maka Saya membuka internet di mesin OPAC ini di lantai 2 gedung PNRI. Itu pun setelah Saya melihat para pengunjung dari kalangan mahasiswi yang memakai internet di katalog online tersebut.

Di tahun 2000 harga sewa internet yang terdapat di warnet-warnet Cilegon Banten masih mahal, 1 jam berkisar pada posisi Rp 15.000-Rp 20.000. Dengan kondisi keuangan Saya yang sangat memprihatinkan, seret/kering tentu saja Saya tidak pernah main Internet ke warnet.

Paling-paling kalau ada teman yang mau ke warnet Saya diajaknya untuk melihat Dia membuka dan mengirim email dan chating. Kadang-kadang nama Saya dipakainya untuk chating mencari pacar.

Saya tidak pernah diajarnya, oh begini rupanya internet itu dan sistemnya. Dahulu Saya hanya sempat baca bahwa ada penemuan baru yang bernama Internet yang ditulis dan dikupas di majalah Intisari edisi tahun 1990-an.

Ketika Saya kerja di salah satu perusahaan swasta di kawasan Ayer Cilegon Banten pada pertengahan tahun 2000 maka di ruang control room ada komputer untuk monitor produksi dan untuk kerja. Pada jam istirahat maka para pekerja pada melihat layar komputer beramai-ramai ketika salah seorang teman membuka internet, membaca email, membaca berita online, nonton film di youtube.

Di tahun 2002 ketika Saya berkunjung ke rumah teman dan family yang ada komputer pada rumahnya di Serang Banten. Suaminya (teman Saya dan istrinya sepupu Saya) menyuruh agar Saya diajari komputer biar pintar dan diajarkan membuat email. Tapi dia cuek saja tidak peduli..."Ajarin komputer dan suruh buat email untuk melamar pekerjaan saja tidak mau," ujar Saya.

Berbekal sisa-sisa teori di sekolah dahulu mulailah Saya membuka komputer di rumahnya dan sekalian main game. Untuk internet Saya tidak membukanya karena terhubung dengan jaringan telepon takut rekeningnya membengkak.

Selama tahun 2000-2003 maka Saya hanya mencatat semua alamat website yang Saya dapat di majalah, buku yang Saya baca di perpustakaan dan toko buku. Pernah juga setelah Shalat Ashar di mesjid Stasiun Kereta api Gambir Jakarta Pusat bertemu dengan seorang penumpang.

Saya sedang duduk-duduk dan sedang merapikan catatan mencatat alamat website internet. Salah seorang penumpang mendekat dan berdiri disamping Saya kemudian bertanya,"Tinggal dimana dan sedang apa," Saya menjawab,"Saya tidak punya rumah, gempol (gelandangan politik)."

Penumpang itu kemudian membungkukan tubuhnya tanda memberi penghormatan, "Tidak punya rumah tetapi semua catatannya homepage (rumah alam maya/website)."

Pasca Gempa Bumi dan Tsunami Aceh, Jakarta, Minggu, 26 Desember 2004, di Istora Senayan sedang diadakan acara halal bi halal masyarakat Aceh yang tinggal di kawasan Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Disini Saya bertemu dengan teman-teman lama dan siangnya berkunjung ke kawasan Menteng Jakarta Pusat. Mereka bekerja di salah satu media online dan redaksinya mantan reporter stasiun SCTV yang telah keluar.

Mulai jam 13:30 WIB-20:30 WIB, Saya berada di media online tersebut. Tangan Saya berada di remot TV menyaksikan siaran dari stasiun berita MetroTV, SCTV dan BBC, untuk mengikuti perkembangan Gempa Bumi yang terjadi di Aceh. Ini karena setelah jam 09:00 WIB, hubungan komunikasi Aceh dan Jakarta telah putus total.

Masalah Tsunami Aceh sorenya kami semua baru tahu jam 17:00 WIB. Foto-foto korban yang berjatuhan dari Bireun Aceh Utara telah masuk ke ruang redaksi. Internet merupakan sarana yang penting saat itu. Saya bergabung dengan teman wanita sibuk browsing situs berita.

Hari itulah Saya mulai lancar dan puas main internet seharian mencari berita sendiri dan mencatat data-data terbaru dari internet dan televisi tentang jumlah korban Gempa Bumi dan Tsunami Aceh yang telah jatuh.

Hari Senin, 27 Desember 2004, pagi jam 07:00-09:00 WIB, diskusi topik pagi di Hotel Nikko masalah Gempa Bumi dan Tsunami Aceh. Siangnya Saya menuju gedung Kemenristek, perpustakaan BPPT mencari koran berita-berita tentang Aceh.

Saya heran bahwa di meja telah tersedia peta-peta tentang hasil riset Gempa Bumi dan Tsunami di Indonesia, jurnal-jurnal ilmiah dan koran yang tersusun rapi yang diletakan oleh seorang wanita petugas perpustakaan yang sangat senang bila Saya datang dan bertemu dengan dirinya. Mereka telah hapal kapan Saya datang berkunjung ke perpustakaan BPPT.

Sorenya Saya datang ke perpustakaan swasta lainnya dan mulai mencari berita di internet. Selama 3 bulan setelah itu hampir tiap hari Saya berkunjung ke perpustakaan PNRI main internet. Hari libur dan malam hari kalau ada waktu Saya berkunjung ke toko buku Sarinah, Gunung Agung dan Gramedia. Tujuannya membaca semua buku tentang iptek, komputer, serta politik.

Pada tanggal 25 Maret 2005, barulah hadir email Saya untuk pertama kalinya di jagat maya ini. Kemudian tulisan-tulisan Saya mulai bertebaran di milis-milis, dan berbagai media online.

Di penghujung tahun 2008 maka Perpustakaan PNRI Salemba yang memakai sistem peminjaman tertutup mulai buka cabang di jalan Medan Merdeka Selatan. Perpustakaan ini memakai sistem peminjaman terbuka dan ada 15 PC yang terhubung dengan Internet dan semuanya gratis bagi masyarakat.

Saat itu orang-orangnya belum ramai datang, paling-paling Saya dan teman-teman serta keluarga petugas perpustakaan itu. Kata cewek-cewek petugas Perpustakaan PNRI Medan Merdeka Selatan bahwa," Wah... mas ini rajin sekali datang kesini, mau main internet ya..." Malah si Cantik sempat juga jatuh hati. Mereka juga wawancara Saya tentang perpustakaan yang baik dan bagaimana yang terbaik menurut pengunjung.

Saya sedang main internet difoto oleh petugas perpustakaan PNRI dan dimasukan ke dalam slide presentasi tentang perpustakaan PNRI Medan Merdeka Selatan. Slide ini selalu diputar bila ada diskusi dan kunjungan tamu-tamu yang datang ke perpustakaan PNRI baik di Salemba maupun di jalan Medan Merdeka Selatan.

Sekarang banyak komputernya di perpustakaan PNRI Salemba dan perpustakaan PNRI Medan Merdeka Selatan yang rusak, internet lelet, sering hang, banyak virusnya. Hal ini sebagai Perpustakaan milik negara untuk masyarakat harus diperbaiki dan dirawat kembali. Jaringan internet wifi harus cepat dan pelayanan bagi pengunjungannya harus ditingkatkan lagi.

Di Kota Sabang, internet gratis untuk masyarakat ada 2 PC tetapi sering rusak dan lelet (lambat) sekali jalannya. Jaringan wifi sering terputus-putus, susah dapat sinyal untuk membuka internet.

Seharusnya jaringan internet dari Sabang kilometer nol ujung Indonesia hingga Meurake dipermudah dan diperlancar koneksi internetnya untuk kepuasan masyarakat mengakses sumber informasi terkini.

Penulis:

Rachmad Gempol
Kota Atas Pulau Weh
Sabang
 

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini