Sukses

Dosen Asal AS Filmkan Dirinya Saat Jatuh di Jurang Es Himalaya

Ketika jatuh ke dalam jurang yang dalam, tubuhnya memantul di antara dinding jurang sebelum mendarat di patahan es pada kedalaman 20 meter.

Liputan6.com, Jakarta - Dr John All, seorang akademisi asal Amerika Serikat telah memfilmkan dirinya saat 'melarikan diri' dari kematian. Dia merangkak kesakitan setelah jatuh sedalam lebih dari 20 meter di sebuah jurang es Gunung Himalaya. Akibatnya, lengan dan tulang rusuk All luka parah dan memar.

John All, dosen geografi dari West Kentucky University yang mengkhususkan diri dalam vulkanologi itu saat kejadian tengah mengumpulkan sampel salju di ketinggian 23.379 kaki Gunung Himlung, dekat Gunung Everest di Nepal.

Ketika jatuh ke dalam jurang yang dalam, tubuhnya memantul di antara dinding jurang sebelum mendarat di patahan es pada kedalaman 20 meter dan menyisakan 100 meter lagi sebelum mencapai dasar patahan.

Ia menghabiskan 6 jam berikutnya dalam situasi yang menyiksa dan penuh penderitaan. Dia merangkak inci demi inci dengan tongkat es sambil berpikir bahwa satu kesalahan dapat membuatnya 'menjemput' kematian.

"Tubuhku hancur dan aku kesakitan. Wajahku, punggung dan perut menabrak dinding dan aku melompat di antaranya. Wajahku robek. Aku mendarat di sepotong es. Aku tahu, jika tergelincir aku pasti sudah mati," katanya seperti dikutip telegraph.co.uk, Kamis (22/5/2014) malam.

All mengungkapkan bahwa rasa sakit yang dia rasakan sungguh menyiksa. Rusuknya hancur dan peluangnya untuk berhasil memanjat keluar sangat kecil. Lengan kanannya robek dan luka-lukanya telah melemahkan kekuatannya.

Meskipun ancaman kematian dan rasa sakit melemahkan, ia perlahan-lahan menarik diri untuk memastikan tidak tergelincir lagi salju. Ia juga berhasil mengambil beberapa video klip dari perjuangannya yang luar biasa untuk bertahan hidup.

Dia naik selama 6 jam untuk keluar dari lubang dan kemudian 3 jam lagi untuk mencapai tenda di mana ia beristirahat dalam kesakitan sampai diselamatkan keesokan harinya. All kini telah pulih dan berada di sebuah hotel di Kathmandu, Nepal.

Dia dan timnya sejumlah ilmuwan vulkanologi sebelumnya telah merencanakan untuk mendaki puncak selatan Everest, tetapi dialihkan oleh longsor yang menewaskan 16 pemandu dan menyebabkan musim pendakian dibatalkan di tengah protes.

Pada Kamis malam dia mengatakan, meskipun ia tidak menikah dan tidak memiliki anak, pikiran tentang ibunya dan teman-teman terus membuatnya fokus untuk bertahan hidup. Meski baru saja mengalami kecelakaan fatal, dia sekarang merencanakan perjalanan ke gunung berikutnya di Peru bulan depan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.