Sukses

Gabungkan Teknologi dan Tradisi, Dodi Ciptakan Detektor Tsunami

Ia merancang 2 unit alat sebagai detektor gempa dan detektor kemungkinan tsunami.

Liputan6.com, Bengkulu - Menciptakan teknologi sederhana guna penyelamatan ribuan nyawa manusia dilakukan Dodi Marten (40). Warga Kelurahan Sumur Meleleh Kota Bengkulu itu mampu mengombinasikan teknologi sederhana dengan tradisi leluhur guna mengantisipasi datangnya Tsunami.

Pria lulusan SMA yang tinggal di tepi pantai Sumur Meleleh Bengkulu itu sadar bahwa keluarga dan para kerabatnya tinggal di wilayah yang rawan tsunami. Bapak satu anak ini merancang 2 unit alat sebagai detektor gempa dan detektor kemungkinan tsunami.

Detektor gempa dirancang dengan alat sirene dan lampu yang dikaitkan dengan sebuah gantungan batu bertali yang dihubungkan langsung dengan aliran listrik. Bila terjadi gempa bumi di atas 7 skala Richter, maka efek guncangan batu itu akan bergoyang menghantam saklar yang terhubung arus listrik dan menimbulkan bunyi secara otomatis.

"Alat ini bisa saja terjadi trouble. Saya mengantisipasi dengan kebiasaan nenek moyang kita melalui gelagat hewan yaitu burung berjambul jenis Kampas Tembak dan Burung Jenggot. Fungsinya juga agar efek getaran yang ditimbulkan jika binatang ini gelisah, maka sangkarnya akan menghantam arus listrik," jelas Dodi.

Alat lain yang dibuatnya adalah Detektor Tsunami adalah menggunakan pelampung nelayan atau Boya. Alat yang biasa digunakan untuk penanda jaring nelayan itu akan tenggelam bila arus deras datang secara tiba-tiba.

"Kita memasang alat detektor tsunami di perairan dangkal belakang rumah saya. Prinsip utamanya jika terjadi gempa tentonik dan ada patahan, maka air akan tersedot secara tiba-tiba dengan arus yang kuat. Pelampung atau boya yang kita pasang akan menarik tali yang berfungsi sebagai saklar penghantar arus listrik. Efeknya sama, sirene akan berbunyi," jelas Dodi.

Ia berprinsip, apapun akan dilakukan demi menyelamatkan keluarga dan orang-orang terdekatnya jika musibah gempa bumi dan tsunami mengancam. Uji coba peralatan sudah beberapa kali dilakukan dengan kelompok Penanggulangan Resiko Bencana (PRB) 'Matahari' yang dibentuknya beberapa waktu lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.