Sukses

NASA-JAXA Luncurkan Satelit Canggih untuk Prediksi Banjir dan Badai

Global Precipitation Measurement (GPM) menjadi platform yang paling canggih untuk mengukur curah hujan.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah roket Jepang meraung, kemudian lepas landas menuji orbit Bumi pada Jumat dini hari. Wahana itu membawa apa yang disebut Badan Antariksa Amerika Serikat sebagai instrumen paling jitu untuk melacak hujan dan salju.

Satelit yang disebut Global Precipitation Measurement (GPM) adalah 1 dari 5 yang direncanakan bakal diluncurkan NASA selama 2014. "Pesawat luar angkasa berbobot 4 ton itu adalah platform yang paling canggih untuk mengukur curah hujan, bisa merekam hingga seperseratus inchi per jam," demikian ujar Gail Skofronick Jackson, deputi proyek GPM, seperti dimuat CNN, Jumat (28/2/2014).

Satelit berharga US$ 900 juta adalah proyek kerja sama NASA dengan Badan Antariksa Jepang (JAXA). Ia mengudara dari Tanegashima Space Center, Jumat  pukul 03.37. Dalam waktu lebih kurang setengah jam, ia sampai ke orbit, mengembangkan panel suryanya, dan mulai mengirim sinyal kembali ke pusat kontrol.

Sekali diaktifkan, GPM akan menggunakan instrumen radar dan microwave untuk mendeteksi hujan salju untuk pertama kalinya. Data yang dihasilkan akan dikombinasikan dengan data dari satelit lain -- lalu dipancarkan kembali ke Bumi setiap 3 jam.

"Kita bisa menggunakan data itu untuk segala aplikasi -- mendeteksi banjir dan tanah longsor, mendeteksi badai sehingga kita tahu bagian pantai mana yang penduduknya harus dievakuasi," kata Jackson.

Data tersebut tak hanya berguna untuk membuat prakiraan cuaca atau badai dengan cepat, tapi juga akan membantu para ilmuwan iklim yang menyusun model jangka panjang iklim Bumi yang terus berubah. Menurut Jackson, "Kita bisa mulai memvalidasi dan memverifikasi apa yang dikatakan para ilmuwan."

Satelit itu memiliki bahan bakar yang cukup untuk setidaknya lima tahun dan diperkirakan akan bertahan lebih lama -- sehingga bila dikombinasikan dengan misi sebelumnya, akan memberikan NASA catatan curah hujan 25 tahun sampai 30 tahun. (Yus Ariyanto)

Baca juga:

Inggris Banjir Parah, Badan Meteorologi: Salahkan Indonesia!
Skenario `Kiamat` Baru, Suhu Bumi Naik Dimulai dari Manokwari
Ditemukan! Bukti Timbunan Berlian di Bawah Lapisan Es Antartika

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini