Sukses

Buah Pahit untuk Dewa

Grup Dewa diminta FPI mencabut kaligrafi Allah di sampul album Laskar Cinta. Majelis Ulama Indonesia berpendapat sebaliknya. MUI hanya minta foto personel Dewa bertato dengan latar logo itu diganti.

Liputan6.com, Jakarta: Pro-kontra memaknai masalah sah-sah saja. Tapi, akan menjadi bumerang jika soal sensitif seperti agama menjadi pemicunya. Gara-gara memasang kaligrafi Allah berbentuk segi delapan di sampul album Laskar Cinta, grup Dewa habis-habisan digugat. Pertunjukan grup pimpinan Ahmad Dhani itu di sebuah stasiun televisi swasta, 10 April silam, pun dikecam. Pasalnya, mereka bernyanyi di atas karpet merah berhias logo serupa.

Protes paling keras disuarakan Front Pembela Islam (FPI). FPI meminta logo diganti. Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang ditemui kedua belah pihak, baru-baru ini, mempunyai pandangan berbeda. Menurut Ketua MUI Kiai Haji Umar Shihab, logo dan lirik lagu tak menjadi masalah. Tapi, MUI meminta Dewa mencabut gambar di halaman dalam sampul kaset. Gambar itu menunjukkan para personel Dewa bertelanjang dada memakai tato dengan latar logo yang dipermasalahkan.

&quotGambar ini bisa disalahpahami orang, karena menempatkan lafaz Allah di dada orang-orang yang bertato. Walaupun mungkin orang-orangnya tidak bertato, tapi gambar ini memperlihatkan tato," tegas Umar Shihab. Lantas, untuk meredam silang pendapat FPI dan Dewa diminta islah atau berdamai [baca: MUI: Kaligrafi Allah Diperbolehkan Bila Sesuai Norma].

Jika mengurai kasus ini sedikit ke belakang, awal perseteruan FPI-Dewa dari desakan pimpinan FPI Habib Rizieq Shihab yang Dewa meminta maaf kepada umat Islam sekaligus mengganti logo. Dhani mewakili Dewa cuma bersedia meminta maaf dan mengubah sampul sesuai permintaan MUI. &quotKita boleh bertentangan pendapat asal koridor hukumnya jelas," kata dia. Memang. Untuk urusan logo, Dhani sempat ngotot dengan argumentasinya.

Menurut Dhani, sebagai seniman kaligrafi asma Allah berbentuk segi delapan dipandang berkarakter kuat dan cocok untuk album Laskar Cinta. &quotMelihat ada unsur art dalam bintang segi delapan, seperti juga segi enam pada Star of David [simbol Yahudi]. Saya merasa terilhami," kata Dhani saat berbincang dengan reporter SCTV Alvito Deannova dalam acara Topik Minggu Ini di Jakarta, Rabu (27/4).

Alasan kedua, Dhani berniat memperlihatkan unsur spiritual seirama dengan lirik lagu-lagu di kaset Laskar Cinta. Dhani mengaku memodifikasi simbol dengan mengisi bagian tengah dari huruf terakhir (ha). &quotSupaya tidak baku menjadi tulisan Allah," jelas suami Maia Ahmad, vokalis duo Ratu.

Maaf Dhani bagi FPI rupanya kurang cukup. Kendati mengaku tidak mengajak bermusuhan, FPI menggugat Dhani melalui Kepolisian Daerah Metro Jaya. Laskar FPI juga berdemonstrasi di depan Kantor Aquarius Musikindo--perusahaan rekaman musik--di Jalan Batu Tulis, Jakarta Pusat. Mereka ingin Aquarius menarik distribusi kaset Laskar Dewa jika Dhani menolak mengganti logo [baca: FPI Mendesak Dewa Mengubah Sampul Album].

&quotKita minta aplikasi dari maaf itu. Logo mesti diubah karena gaya Dewa tidak berlatar islami," kata Habib Sobri Lubis, wakil FPI yang diwawancarai SCTV di kesempatan berbeda. Sobri menjamin gugatan akan ditarik jika Dhani bersedia mengganti logo sampul Laskar Cinta.

Dhani pun merasa harus bersikukuh, lantaran mengaku telah meminta wejangan kepada tokoh Islam yang cukup dikenalnya, yaitu Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan ahli tafsir Alquran Quraish Shihab. Selain membandingkan persepsi juga mempertanyakan kelayakan pemasangan logo yang dipermasalahkan. Dari keduanya, Dhani mengaku mendapat dukungan positif. &quotKata Habib Quraish, semua tergantung niat. Apabila pemilik compact disc menganggap itu kaligrafi, seharusnya ditempatkan di tempat layak. Tapi, tidak ada hukumnya bagi yang tidak tahu," kata Dhani.

Dalam pandangan Sobri Lubis, kerasnya hati Dhani semata-mata bukan bermuara dari dukungan kaum ulama. Sobri melihat ada pihak ketiga yang memanfaatkan situasi atau memanas-manasi Dhani supaya tetap berseberangan dengan FPI. &quotIni masalah pelanggaran hukum, bukan masalah antara FPI dan Dewa," ujar Sobri.

Menyinggung sikap MUI membiarkan simbol tersebut, Sobri mengaku tak sepaham. Keputusan MUI tidak menyentuh akar masalah sesungguhnya. &quotIni penistaan agama, siapa yang bisa menjamin di masa depan jika terjadi lagi," tandas Sobri. Dia juga menilai, MUI salah menganalisa karena lebih menggulirkan persoalan kepada upaya mendamaikan FPI dan Ahmad Dhani. Karena itulah, FPI memandang islah tidak perlu diadakan. Sebaliknya, Dhani siap berdamai dengan syarat berhadapan langsung dengan Habib Rizieq.

K.H. Amidan, salah satu ketua MUI yang juga ditemui SCTV beropini, islah perlu untuk menghapuskan kesalahpahaman di masyarakat. Menurut dia, Dhani sudah meminta maaf karena alpa memakai logo yang memancing pertentangan di kalangan umat muslim. &quotKalau ada orang meminta maaf, ya harus dimaafkan," tegas Amidan. Agar kejadian sejenis tak terulang, MUI meminta para seniman bertanya kepada ulama jika merasa bimbang.

Namun, islah antara FPI dan Dewa kemungkinan tak bakal bergulir lagi. Tadi malam, Dewa memutuskan akan mengganti sampul kaset album Laskar Cinta [baca: Dewa Mengganti Sampul Album Laskar Cinta]. Dhani mengatakan, logo album Dewa tidak lagi menggambarkan nama Allah. Logo baru nanti akan lebih berbentuk ornamen. Menurut dia, perubahan ini dilakukan setelah Dewa berkonsultasi dengan sejumlah ahli kaligrafi seperti Didin Sirajudin, termasuk mendengarkan saran dari MUI.

Perjalanan karier Dewa sejak berdiri 1986 sering mengalami pasang surut. Namun, lagu-lagu hits Dewa selalu masuk jajaran tembang favorit di Indonesia. Sayang beberapa tembang andalan Dewa (melalui Dhani) banyak mengambil dari karya orang lain. Mereka pernah mengutip sajak karya filsuf kelahiran Lebanon Kahlil Gibran dalam tembang Cinta Adalah Misteri.

Memang, tersandung kasus jiplak-menjiplak bukan kali pertama menimpa Dewa. Grup yang sering bongkar pasang personel ini pernah pula bermasalah dengan novelis Yudhistira ANM Massardi. Album bertajuk Arjuna Mencari Cinta dianggap Yudhistira meniru lantaran menggunakan judul salah satu novelnya yang populer lebih dulu.

Dewa membantah. Dewa berpendapat ada perbedaan prinsipil antara karya lagu dan karya sastra. Lagu mengutamakan lirik dan nada, sedangkan novel lebih pada isi cerita. Di mata Yudhistira, Dewa tetap salah menjiplak sebuah karya seni tanpa permisi. Ketika Yudhistira akan menempuh langkah hukum Dewa buru-buru mengubah nama albumnya menjadi Arjuna.

Begitulah warna Dewa. Kini, mau tak mau, buah pahit berupa silang pendapat mengenai logo segi delapan itu mesti diterima mereka.(KEN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini