Sukses

Tarif Angkutan Umum Jakarta Resmi Naik

Pemerintah DKI dan DPRD Jakarta sepakat menaikkan tarif angkutan kota jenis bus kecil paling besar 18,75 persen dan bus reguler 9,09 persen. Keputusan ini segera disosialisasikan Dishub Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara resmi menaikkan tarif angkutan umum, Selasa (8/3). Kenaikan untuk jenis bus kecil seperti mikrolet dan Koperasi Wahana Kalpika (KWK) paling besar, yaitu 18,75 persen. Sedangkan tarif bus reguler naik hanya sekitar 9,09 persen. Keputusan ini diambil setelah mendengar masukan dari sejumlah pengusaha angkot yang ingin menaikkan tarif angkot sebesar 29 persen. Demikian disampaikan Kepala Dinas Perhubungan DKI Rustam Effendy di Jakarta, tadi siang.

Tarif bus kecil naik dari Rp 1.600 menjadi Rp 1.900 atau naik 18,75 persen. Tarif bus sedang seperti metromini dan Kopaja dari Rp 1.200 menjadi Rp 1.400 (naik 16,66 persen). Tarif bus reguler menjadi Rp 1.200 atau naik seratus perak dari tarif lama. Patas non-AC naik dari Rp 1.400 menjadi Rp 1.600 dan tarif pelajar tetap Rp 500.

Meski prosentase kenaikan tarif angkutan umum menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ini tidak sesuai dengan usulan pengusaha angkutan, Ketua DPRD Jakarta Ade Surapriatna menilai kenaikan tarif ini wajar. Setelah pengumuman resmi ini, Dishub Jakarta segera mensosialisasikan tarif baru angkutan umum Ibu Kota ini ke masyarakat agar mengetahui ketentuan baru ini. Diperkirakan tarif ini mulai berlaku Rabu besok [baca: Tarif Angkutan Umum Ibu Kota Naik].

Sementara itu gelombang protes kenaikan harga BBM tidak surut di berbagai daerah, seperti di Makassar (Sulawesi Selatan), Bandung (Jawa Barat), Solo (Jawa Tengah), dan Semarang (Jateng). Di Makassar, aksi dilancarkan para ibu rumah tangga dari berbagai kawasan kumuh, tadi siang. Mereka berjalan kaki menuju Gedung DPRD Sulsel. Di Gedung Rakyat ini para ibu melakukan aksi teaterikal yang menggambarkan subsidi BBM tidak sampai ke rakyat karena dikorupsi.

Kaum perempuan dan mahasiswa di Bandung, Jawa Barat, juga menolak kenaikan harga BBM di depan Gedung Sate. Dalam demonstrasi yang digelar bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional ini, para pengunjuk rasa menegaskan kebijakan pemerintah di awal Maret itu hanya menyengsarakan kaum ibu.

Hari Perempuan Dunia pada 8 Maret ini juga diperingati kaum perempuan dengan berdemonstrasi menolak kenaikan harga BBM. Aksi yang dipusatkan di Bundaran Gladak, Solo, Jateng, ini diikuti kaum perempuan yang di antaranya para pedagang pasar.

Demonstrasi menolak kenaikan harga BBM juga dilakukan di sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jalan Pandanaran, Semarang, Jateng. Massa sempat bergerak hendak menyegel SPBU, namun digagalkan polisi. Akibat aksi ini, SPBU ditutup lebih awal.(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.