Sukses

Ribuan TKI Kembali ke Malaysia

Jumlah tenaga kerja Indonesia yang kembali ke Malaysia melalui Nunukan, Kaltim, meningkat. Arus balik TKI ke Malaysia meningkat seiring kinerja pihak imigrasi yang mengeluarkan ribuan dokumen resmi.

Liputan6.com, Nunukan: Arus tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bertolak ke Malaysia melalui Nunukan, Kalimantan Timur, meningkat. Lebih dari seribu TKI telah berangkat ke Sabah, Selasa (8/2). Para TKI ini kembali ke Malaysia setelah melengkapi dokumen keimigrasian.

Peningkatan jumlah arus balik ke Malaysia terlihat dari lalu lintas perahu motor (boat) di Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan. Hingga sore ini, sembilan boat mengangkut 1.926 TKI ke Tawau, Malaysia. Sebelumnya, TKI yang balik dengan rute yang sama mencapai 200 sampai 300 orang per hari. Lonjakan jumlah TKI yang balik ke Malaysia dengan dokumen resmi antara lain karena kinerja para pegawai imigrasi di Nunukan. Dalam sehari, para pegawai imigrasi setempat bisa mengeluarkan 1.000-1.500 paspor per hari.

Jumlah TKI yang masuk Nunukan sejak 28 Oktober 2004 tercatat 63.286 orang. TKI yang balik ke Malaysia setelah mengantongi dokumen resmi mencapai 18.680 orang. Sekitar 10 ribu TKI masih berada di Nunukan.

Sementara itu Polis Diraja Malaysia dan Imigrasi Sarawak tetap menggelar operasi untuk menjaring pendatang asing tanpa izin. Namun, hingga hari ini, ribuan TKI ilegal yang bertahan masih berani berkeliaran di ibu kota Sarawak, Kuching. Lokasi yang paling ramai dikunjungi adalah India Street, daerah perdagangan tradisional yang sebagian besar pembeli adalah para TKI.

Pasar di Jalan India ini menjual kebutuhan sehari-hari dengan harga yang hampir sama dengan di Indonesia. Para TKI, baik legal maupun ilegal, kerap saling bertemu. Para TKI ilegal itu tidak takut dirazia, walau ada 30 TKI di antaranya yang sudah dijebloskan ke Kamp Semuja.

Para TKI ilegal ini belum mau balik kampung karena belum mendapatkan gaji dari majikan. Sementara yang lain berharap agar pemerintah Malaysia memperpanjang masa amnesti. Sementara itu aparat keamanan Malaysia yang dibantu para relawan akan menggelar razia besar-besaran selesai perayaan Imlek.

Ternyata tidak semua TKI legal hidup nyaman di Malaysia. Ngatiyah binti Turus bisa dijadikan contoh. Gadis berusia 23 tahun ini bekerja di Malaysia melalui Perusahaan Jasa TKI PT Manunggal Jati. Melalui agen Wong, cewek asal Kampung Pakis, Sidomukti, Kendal, Jawa Tengah, bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah majikannya, Alex Ng Chewah. Dia dijanjikan menerima gaji 370 ringgit per bulan.

Namun, pekerjaan yang terlalu berat membuat Tiyah--begitu dia biasa disapa--meminta berhenti bekerja di rumah di Kampung Cempaka 762-A, Petaling Jaya, Selangor. Namun, si majikan menolak dengan menahan paspor dan permit (izin kerja). Tiyah juga tidak menerima upah meski telah 15 bulan bekerja. "Mereka tak bayar gaji saya," kata Tiyah.

Tiyah nekat pergi dari rumah majikan. Di dalam perjalanan, perempuan yang mengaku tidak punya teman di Kuala Lumpur ini bertemu dengan seorang TKI. Hingga sekarang Tiyah tinggal bersama TKI itu. Kasusnya sedang ditangani Lembaga Pengkajian Masalah Sosial Pekerja Indonesia.

Saat ini, Tiyah ingin sekali kembali ke kampungnya. Sebab, dia hidup dalam status TKI ilegal. Meski begitu, dia tetap ingin pulang kampung membawa uang hasil keringatnya. "Saya menuntut gaji pada majikan," kata gadis berkerudung ini.(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.