Sukses

Gempa Menerjang, Aceh Mengerang

Gempa 8,5 Richter dan badai Tsunami memorak-porandakan wilayah Aceh, Pulau Nias, dan pesisir Medan di Sumut. Korban tewas mencapai 4.448 orang dan diperkirakan terus bertambah karena evakuasi masih berlangsung.

Liputan6.com, Banda Aceh: Indonesia menangis. Bencana tak henti datang dan pergi. Belum hilang dari ingatan saat gempa mengguncang Nabire, Papua dan Alor di Nusatenggara Timur, November silam. Ahad pagi kemarin, gempa menggoyang kuat Nanggroe Aceh Darussalam, Pulau Nias, dan sebagian pesisir Medan di Sumatra Utara. Bencana berkekuatan 8,5 skala Richter disusul badai Tsunami dalam sekejap memorak-porandakan tanah mereka. Tangis dan air mata tak tertahan saat mengetahui ribuan orang menjadi korban bencana hanya dalam hitungan menit [baca: Korban Tsunami Mencapai Empat Ribu Lebih].

Hingga malam hari atau selang beberapa jam setelah bencana gempa dan Tsunami melanda, Banda Aceh masih porak-poranda. Warga panik dan berupaya mencari tempat aman. Suasana kian mencekam karena jaringan listrik dan telekomunikasi lumpuh total [baca: Jaringan Listrik di Banda Aceh Masih Rusak].

Suasana tak berubah saat matahari mulai menyapa, keesokan hari. Reruntuhan rumah dan lumpur memenuhi jalan. Orang-orang panik mencari tempat aman dan mencari sanak saudara mereka yang hilang. Mayat demi mayat juga terus ditemukan. Untuk sementara jasad-jasad itu digeletakkan di pinggir jalan sebelum dievakuasi ke tempat lain [baca: Sebagian Besar Korban di Aceh Anak-Anak dan Wanita].

Tim gabungan search and rescue, anggota TNI/Polri, serta warga sekitar masih terus mencari korban yang terseret gelombang Tsunami. Namun, usaha tim untuk mengevakuasi dan mendata korban mendapat banyak kendala. Pasalnya, gundukan kayu dan lumpur sisa sapuan Tsunami masih berserakan di sudut kota dan masih belum dibersihkan.

Selain di jalan, reruntuhan rumah yang tersapu gelombang Tsunami tampak masih menumpuk di sejumlah sungai sehingga menyulitkan warga dan tim SAR mencari korban tertimbun. Sejauh ini, tim evakuasi masih membiarkan tumpukan sampah itu. Tim gabungan masih memprioritaskan untuk menangani mayat yang bergelimpangan di tanah terbuka.

Banda Aceh telah kehilangan banyak warga menyusul bencana alam itu. Kota ini memang menjadi daerah terparah yang dilanda bencana. Jenazah korban Tsunami terserak di jalanan. Sebagian besar korban adalah anak-anak yang tak bisa menyelamatkan diri ketika gelombang besar menghantam kota. Sejumlah korban telah dievakuasi ke Pendopo Kantor Gubernur NAD.

Masyarakat Banda Aceh kebingungan mencari anggota keluarga mereka yang hilang tersapu Tsunami. Mereka terus mencari karena gelombang besar telah menggulung warga sejauh beberapa kilometer. Seorang ibu harus kehilangan tujuh anaknya saat ombak besar menerjang. Seorang lelaki mengaku, istri dan tiga anaknya hilang tersapu badai setinggi kira-kira satu setengah pohon kelapa.

Sejauh ini, jumlah korban mencapai 4.448 orang. Berdasarkan data yang diterima SCTV hingga pukul 15.00 WIB, tercatat 3.000 orang meninggal di Banda Aceh. Di Lhokseumawe, 157 orang tewas dan 91 lainnya dilaporkan hilang. Di wilayah Aceh Utara, Pos Koordinasi Penanggulangan Bencana Nasional mencatat 992 orang tewas dan 619.303 lainnya hilang. Sementara, 90 jenazah ditemukan di Kabupaten Bireun dan 165 jasad ditemukan di Kabupaten Pidie. Sebanyak 41 penduduk Aceh Timur juga ditemukan tewas akibat bencana ini [baca: Korban Tsunami Mencapai Empat Ribu Lebih].

Selain korban tewas, banyaknya warga yang hilang membuat masyarakat yang memiliki keluarga di Provinsi Aceh bertanya-tanya tentang keberadaan orang-orang yang dicintai. Hingga saat ini, informasi mengenai keberadaan anggota keluarga masih menjadi hal yang sulit diketahui. Jaringan komunikasi di Kota Banda Aceh putus total [baca: Dua Koresponden SCTV di Aceh Belum Diketahui Nasibnya].

Sementara koresponden SCTV Muhtarudin Yakob dan Ferry Effendi yang sebelumnya menghilang sudah ditemukan dalam kondisi selamat. Mereka kini berada di Banda Aceh. Saat Tsunami menerjang, keduanya berada di Pantai Ule Glee [baca: Dua Koresponden SCTV di Aceh Belum Diketahui Nasibnya].

Masyarakat Aceh yang berada di Jakarta merasa tak dapat berbuat banyak untuk menolong kerabat mereka di kampung halaman. Atas dasar dorongan kemanusiaan, mereka membuat pos-pos koordinasi bantuan di berbagai lokasi seperti Posko Kemanusiaan untuk Bencana Aceh di Jalan Bojonegoro Nomor 16, Menteng, Jakarta Pusat, Tel/Fax. (021) 390-1576. Posko Mahasiswa Aceh di Jalan Hulung Nomor 6, Bogor, Jawa Barat, Telepon (0251) 621-948 dan di Jalan Indramayu, Jakarta (021) 391-9419. SCTV juga membuka Pundi Amal bagi Korban Tsunami. Bantuan masyarakat bisa disalurkan melalui rekening BCA Wisma Asia 084-266-2000 [baca: Bantuan untuk Korban Gempa Aceh Mulai Disalurkan].

Selain melanda Aceh, Tsunami menerjang beberapa negara Asia bagian Selatan, seperti Srilanka, Thailand, India, dan Malaysia. Hingga saat ini, korban tewas diperkirakan mencapai 14 ribu jiwa lebih. Jumlah ini diduga terus bertambah karena proses pencarian korban masih berlangsung.

Sementara Tsunami yang menghantam pantai di Srilanka mengakibatkan sedikitnya 5.000 orang tewas. Bencana ini adalah Tsunami pertama yang melanda Srilanka dalam 16 tahun terakhir. Saksi mata mengatakan, gelombang mencapai ketinggian hingga sepuluh meter.

Sementara di Pantai Patong, dekat Phuket, Thailand, terjangan ombak besar yang susul-menyusul menyapu kawasan wisata itu dan menenggelamkan sejumlah bangunan. Jumlah korban tewas mencapai 431 orang dan diperkirakan dapat mencapai 1.000 orang. Sedangkan jumlah korban luka-luka mendekati angka 5.000 orang [baca: Akibat Tsunami 14 Ribu Tewas di Asia].(TOZ/JUM/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.