Sukses

Newmont Pusat Mengakui Pencemaran Teluk Buyat

Para petinggi PT Newmont di AS mengakui adanya pembuangan 33 ton uap air raksa beracun di Teluk Buyat, Sulut. Sebanyak 17 ton air raksa itu diuapkan ke udara terbuka dan 16 ton lainnya dibuang ke Teluk Buyat.

Liputan6.com, New York: Newmont Mining Corporation di Amerika Serikat mengaku mengetahui pencemaran di Teluk Buyat, Sulawesi Utara. Para petinggi perusahaan tambang emas itu mengetahui adanya pembuangan 33 ton uap air raksa beracun di Teluk Buyat. Demikian dilansir dalam laporan internal Newmont pada 2001 yang dimuat di surat kabar AS, New York Times, baru-baru ini.

Dalam berita itu juga terdapat pengakuan salah seorang pimpinan Newmont Mining Corp., Lawrence Kurlander, pada 2001. Saat itu, Kurlander menyatakan, perusahaannya yang berada di Indonesia memang menerapkan standar keamanan lingkungan yang lebih rendah.

Laporan internal itu juga menyebutkan, seharusnya limbah air raksa Newmont disimpan di suatu tempat selama empat tahun. Akan tetapi, PT Newmont Minahasa Raya (NMR) yang beroperasi di Buyat tidak lebih dulu mengendapkan limbah itu. NMR malah menguapkan 17 ton air raksa itu ke udara terbuka dan 16 ton lainnya dibuang ke Teluk Buyat.

Tim audit Newmont di AS mengakui, banyaknya air raksa yang dibuang bisa membawa risiko besar bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Perusahaan pertambangan terbesar di dunia itu juga mengetahui pembuangan air raksa tersebut adalah pelanggaran berat. Menurut peraturan, tindakan itu dapat mengakibatkan Newmont ditutup atau dicabut izin kerjanya.

Pernyataan ini makin memperkuat temuan Tim Terpadu Kasus Buyat yang baru pulang dari Teluk Buyat, Rabu pekan silam. Para peneliti menyimpulkan bahwa air teluk tersebut memang tercemar logam berat arsenik (As). Hasil penelitian selama Agustus sampai September 2004 juga memastikan arsenik berasal dari tailing atau limbah tambang PT Newmont Minahasa Raya (NMR) [baca: Teluk Buyat Benar Tercemar Arsen Tinggi].

Juru bicara Newmont, Doug Hock, menanggapi pemberitaan di New York Times. Seperti dikutip dari Kantor Berita Reuters, dia mengatakan, kandungan merkuri dalam limbah belum sampai level yang membahayakan manusia dan lingkungan.(OZI/Ijx)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini