Sukses

Ke Cibodas, Sehat Jiwa dan Raga

Selain beriklim sejuk khas pegunungan, kawasan Puncak, Jawa Barat, juga memiliki Kebun Raya Cibodas (KRC) dengan aneka ragam bunga dan tanaman obat. Koleksi anggrek di KRC terbilang sangat lengkap.

Liputan6.com, Bogor: Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, telah lama menjadi salah satu tempat alternatif melepas penat bagi sebagian warga Jakarta. Hamparan kebun teh dan udara sejuk khas pegunungan menjadi aroma terapi yang manjur untuk menghilangkan stres setelah sepekan beraktivitas. Tak heran jika tiap akhir pekan, kawasan yang berjarak sekitar 80 kilometer dari Jakarta itu selalu dipadati kendaraan.

Keindahan daerah Puncak yang pertama kali bisa dinikmati ketika berangkat dari Jakarta adalah pemandangan kebun teh di punggung Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Jika mengunjungi daerah itu sekitar pukul 07.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB, tampak para pemetik teh dengan topi lebarnya sedang beraktivitas.

Berwisata di kawasan ini tak lengkap jika tak mampir ke Kebun Raya Cibodas (KRC). Kebun seluas 125 hektare ini kaya akan berbagai jenis tumbuhan. Untuk memasuki kebun yang didirikan pada 1825 itu, pengunjung dikenakan tarip Rp 4.000 per orang. Kebun ini memiliki suhu rata-rata 18 derajat Celcius sehingga jangan khawatir kepanasan. Suasana adem terasa ketika memasuki gerbang KRC. Pepohonan yang mencapai 60 meter membuat daerah ini menjadi teduh.

Awalnya, KRC didirikan oleh ahli tumbuhan Johannes Elias Teysjmann untuk koleksi flora pegunungan dan kebun penelitian. Opa Teysjmann ini antara 1830-1839 rajin menanam bibit pohon buah. Pada tahun berikutnya daftar koleksi si Opa terus bertambah, terutama untuk bibit tanaman yang tak bisa tumbuh dengan iklim di daerah Puncak.

Dengan latar belakang pendirian zaman Belanda, tak heran jika nuansa Eropa terasa begitu kental. Mulai dari arsitek bangunan hingga jalan-jalan setapak mengingatkan kita kepada Negeri Kincir Angin. KRC memiliki lima rumah kaca, tempat pembibitan anggrek, tanaman kaktus, tanaman obat, hingga tempat penjualan tanaman, dan persemaian. Jika ditotal, ada sekitar 6.000 anggrek di KRC, termasuk jenis epifit (menempel di pohon) dan terestrial (hidup di atas tanah).

Tanaman anggrek ternyata tak hanya indah dipandang dan menimbulkan wangi menyegarkan. Ada juga lo yang menghasilkan bau tak sedap. Anggrek Bulbophyllum lobii namanya. Jangan pernah mengira anggrek ini berasal dari negeri seberang. Anggrek berwarna putih ini aslinya dari Gunung Simpang, Jawa Barat. Selain anggrek itu masih banyak anggrek lain yang unik dan made in Indonesia. Di antaranya adalah anggrek pandan (Vanda tricolor Lindl). Sesuai namanya, anggrek yang berasal dari Papua ini mempunyai warna jingga, cokelat, dan putih yang menghasilkan wangi pandan. Belum lagi anggrek jenis dendrochilum dari Papua yang memiliki bulu. Sayangnya, anggrek yang disebut rajanya anggrek Indonesia itu hampir musnah karena penebangan liar.

Koleksi tanaman KRC tak hanya bunga-bungaan yang menyehatkan mata dan paru-paru. Di sana banyak pula koleksi tanaman obat tradisi nenek moyang yang khasiatnya tak kalah dengan obat kimia. Salah satunya sidagori (Sida rhombifolia L) yang manjur menyembuhkan asam urat dan rematik.(YAN/Asti Megasari dan Effendi Kassah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini