Sukses

Aa Gym dan Hidup Bermanfaat

Idul Fitri adalah momentum yang tepat untuk mengevaluasi diri dan bertransisi menjadi manusia berkualitas. Tujuan hidup Aa adalah mengabdi kepada Allah dan memberi manfaat kepada manusia di sekitarnya.

Liputan6.com, Bandung: Idul Fitri bagi Abdullah Gymnastiar adalah momentum yang sangat tepat untuk mengevaluasi diri. Dengan evaluasi itu, setiap muslim dapat menemukan kekurangan diri dan memperbaikinya untuk menjadi manusia berkualitas. "Orang beruntung kalau punya energi untuk perubahan," tambah pria yang biasa disapa Aa Gym saat ditemui SCTV di kediamannya yang asri di Jalan Geger Kalong Girang Nomor 38, Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini.

Menurut Aa, manusia berkualitas adalah muslim yang mengabdikan diri kepada Allah dan mampu membawa manfaat kepada manusia di sekitarnya. Karena itu, ia berusaha sekuat tenaga untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas. Salah satunya adalah dengan mengelola Yayasan Pesantren Daarut Tauhid . Melalui yayasan itu, pria kelahiran Bandung, 29 Januari 1962 itu berharap mampu memberikan yang terbaik kepada para santrinya.

Aa menjelaskan bahwa yayasan yang membawahi 19 perusahaan itu lebih menitikberatkan pada manfaat bisnis seperti membuka lapangan kerja. Selain itu, tempat tersebut juga menjadi wahana untuk mempraktikkan jiwa dan pendidikan wirausaha yang tentu saja didasari kejujuran. Ia ingin memberi contoh kepada masyarakat bahwa usaha yang didasari kejujuran juga bisa berhasil. "Dengan jujur juga bisa kaya," seloroh Aa.

Lebih jauh, Aa berharap Daarut Tauhid bisa menjadi proyek percontohan pembangunan Tanah Air. Kerangka besarnya adalah menjadikan Indonesia menjadi negara terhormat. "Besar harapan dunia akan melihat indahnya Islam di Indonesia," ujar Aa. Daarut Tauhid sebagai miniatur Indonesia menjalankan prinsip 3M (Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai dari sekarang) untuk mencapai tujuan.

Namun untuk mencapai tujuan mulia itu, Indonesia memerlukan adanya grup keteladanan pemimpin yang bisa mengayomi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, pendidikan dan pelatihan (diklat) yang berkesinambungan diperlukan untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas. Produk diklat itu nantinya harus didukung sistem yang kondusif agar tidak melenceng. "Dan tentu saja ber-mutajab kepada Allah," imbuh Aa.

Sebagai contoh, pria bernama asli Yan Gymnasiar itu menceritakan transisi dirinya saat memutuskan untuk menjadi dai. Saat berusia 24 tahun, ia terenyuh melihat adiknya yang lumpuh akibat penyakit. Dengan kemampuan fisik yang terbatas, sang adik lebih taat beribadah dibandingkan dengan dirinya yang sehat. Terlebih dengan ketenangan sang adik dalam menjalani hidup meski kematian seolah dekat dengannya. "Sehebat apa pun Aa punya apa, tidak akan punya ketenangan sebelum mengenal Allah dengan baik. Sehebat apa pun Aa punya prestasi, tidak akan mencapai puncak kemuliaan sebelum Aa mengenal Nabi Muhammad dan meniru kehidupannya," ungkap lulusan D-3 Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Universitas Padjadjaran, Bandung, itu.

Setelah itu, Aa memutuskan belajar agama ke beberapa pondok pesantren dan ulama. Ia pernah mengenyam pendidikan agama di Pesantren Miftahul Huda di Manonjaya, Tasikmalaya, Jabar, dan Ajengan Junaidi di Garut, Jabar. Perjalanan spitualnya itu pula mempertemukan Aa dengan sang istri Ninih Muthmainah Muhsin.

Kini, Aa Gym telah dikenal luas sebagai seorang dai atau penceramah kondang. Bahkan sosoknya terkenal hingga ke mancanegara. Pria yang enggan disebut sebagai ulama ini tampil di acara Sixty Minutes di Televisi CBS Amerika Serikat. Bahkan, Koran New York Times dan Majalah Time juga sempat menyajikan profil Aa Gym, berikut pandangan-pandangannya. Kesibukannya pun tak kalah padat. Dalam sebulan, pemimpin Pondok Pesantren Daarut Tauhid ini bisa mendapat 30 ribu undangan ceramah.

Bagi Aa pribadi, sosoknya yang kini menjadi publik figur bukanlah tujuan dalam perjalanan hidupnya. "Popularitas, maaf tidak begitu berharga," ungkap Aa. Hal tersebut justru dipandangnya sebagai cobaan dari Allah. Sebuah cobaan yang menjadi lahan untuk memperbaiki diri dan ladang amal.

Terlepas dari semua itu, Aa yang kini telah dikarunia tujuh anak itu memutuskan untuk terus menyebarkan indahnya Islam sampai ajal menjemput. Bersama istri yang biasa disapa Teh Ninih, Aa senantiasa bekerja keras agar bisa menjalani hidup dengan penuh manfaat. "Khusnul khotimah sampai mati," harap pria yang juga memiliki 43 anak asuh itu.(TOZ)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.