Sukses

Perajin Tenun Ikat Alor Membutuhkan Bantuan Pemerintah

Para perajin tenun ikat khas Kabupaten Alor, NTT, mengharapkan bantuan pemerintah daerah untuk mengembangkan usaha. Untuk membuat sehelai kain tenun khas Alor, perajin membutuhkan waktu setahun lebih.

Liputan6.com, Alor: Seperti kabupaten lain di Nusatenggara Timur, Kabupaten Alor, yang terdiri dari beberapa pulau dan suku, memiliki kain tenun ikat khas. Kain tenun ikat dari Alor dijual ke berbagai daerah, bahkan ke sejumlah negara tetangga. Untuk mengembangkan usaha, para penenun mengharapkan bantuan pemerintah daerah Alor baik dukungan modal maupun bimbingan.

Membuat ikat tenun khas Alor adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu lama. Untuk satu helai tenunan ikat, bisa menghabiskan waktu satu tahun lebih. Pembuatan diawali dengan membersihkan kapas. Alat yang digunakan dalam tahap ini disebut busur pembersih kapas atau dalam bahasa setempat disebut beneha kapo klukung. Selembar kain tenunan biasanya membutuhkan lebih dari 20 gumpalan kapas.

Tahap berikutnya adalah membuat benang dengan alat bernama tanue kapo, hingga berbentuk gumpalan benang. Benang yang sudah digulung kemudian dipintal untuk selanjutnya direndam untuk diwarnai. Zat pewarna semuanya berasal dari kulit kayu atau juga daun-daunan. Untuk warna kuning, misalnya, dibutuhkan kunyit dan jeruk. Sedangkan warna coklat berasal dari kulit kayu mengkudu, dan warna hijau dari daun pepaya atau daun turi. Baru setelah itu, benang ditenun hingga berbentuk kain. Sehelai kain tenunan dijual dengan harga Rp 1 juta hingga Rp 5 juta.(ZAQ/Didimus Payong Dore)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.