Sukses

Si Misterius Gunung Merbabu

Bagi Hariyoto, saat itu bumi seperti diangkat dan dijatuhkan kembali.

Pagi itu Hariyoto tengah duduk-duduk di depan rumahnya di kaki Gunung Merbabu, Dusun Krajan, Desa Somogawe, Kecamatan Gegatas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, sambil menunggu sang anak bersiap berangkat sekolah. Namun tiba-tiba dentuman keras terjadi. Tak lama berselang, gempa pun menyusul.

Baginya, Senin pagi itu bumi seperti diangkat dan dijatuhkan kembali. Sejak dirinya lahir 62 tahun lalu, belum pernah merasakan gempa dan suara dentuman sebesar yang terjadi pada Senin 17 Februari lalu, sekitar pukul 06.00 WIB. Gempa yang terjadi cukup kuat hingga genting jatuh dan tembok rumah rusak. Setidaknya ada 50 rumah yang rusak.

"Ada suara kencang, terus rumah seperti diangkat, diturunkan, dibanting gitulah," kenang Ketua RT 03 RW 02, Dusun Krajan itu kepada Liputan6.com, Rabu (19/2/2014).

"Sejak saya kecil baru sekali ini terjadi. Orangtua saya juga nggak pernah cerita semasa hidupnya Merbabu atau gempa seperti ini terjadi di sini."

Ketakutan yang sama juga disuarakan Suparman, warga warga Dusun Krajan. "Suara dentuman keras tadi pagi juga terdengar hingga beberapa kilometer dari Gunung Merbabu," kata Suparman kepada Liputan6.com 17 Februari lalu.

Anehnya, hanya warga di Dusun Krajan saja yang mendengar suara dahsyat misterius itu. Sementara warga di 3 dusun yang berbatasan langsung dengan Dusun Krajan, yakni Dusun Piji, Magersari, dan Pendingan Wates tak mendengarnya. Padahal, jarak antara dusun Krajan dan ketiga dusun itu hanya beberapa ratus meter saja.

Meski begitu, ketakutan akibat gempa dan dentuman yang diduga dari Gunung Merbabu menyebar hingga ke 3 kota lainnya. Warga di Salatiga, Magelang, dan Boyolali begitu khawatir, Merbabu bakal meletus menyusul letusan dahsyat Gunung Kelud.

Walaupun was-was, Suparman dan Hariyoto yakin, gunung setinggi 3.145 meter itu masih baik-baik saja. Lantas pertanda apa ini? Masih 'tidurkah' si Gunung Merbabu?

Bukan dari Merbabu

Wakil Bupati Semarang Warnadi menyatakan, gempa yang dirasakan Suparman dan Hariyoto itu diketahui berkekuatan 2,7 skala richter. Namun hingga kini belum diketahui darimana sumber getaran itu. Tapi yang pasti bukan berasal dari aktivitas Gunung Merbabu.

"Yang pasti itu gempa dengan kekuatan 2,7 skala richter," kata Warnadi 18 Februari 2014 lalu.

Sementara itu, Kepala Pusat Badan Geologi Surono menjelaskan, guncangan yang terjadi di sekitar Gunung Merbabu merupakan gempa tektonik biasa. Dia memastikan, gempa tersebut tak akan membangunkan Gunung Merbabu yang sedang 'tidur'.

"Itu gempa tektonik biasa. Jadi nggak perlu dikhawatirkan,"

Pakar gempa Danny Hilman Natawidjaja menduga, dentuman misterius dan gempa itu berasal dari amblesan tanah. Suara dentuman diprediksi berasal dari rongga di dalam tanah saat terjadi amblesan.

"Suara dentuman tak lazim dalam gempa tektonik. Namun kalau di dalam tanah ada rongga, maka terjadi resonansi. Atau kemungkinan lain gempa itu berkaitan dengan aktivitas vulkanik," ucap Danny kepada Liputan6.com.

Yang menarik, beberapa pekan sebelum terjadi gempa dan dentuman misterius, kera-kera liar menyerbu bagian lain lereng Merbabu. Ketua Asosiasi Petani Tembakau Lereng Merbabu, Teguh Sambodo menyatakan, ada dua Kecamatan di lereng Merbabu yang diserbu kawanan kera liar.

"Yang pertama adalah Kecamatan Cepogo yang ada di sisi timur laut Gunung Merbabu dan Musuk. Di 2 kecamatan itu, kebun sayur warga diserang kawanan kera liar," kata Teguh kepada Liputan6.com.

Masih Aktif

Meski nampak 'tertidur', namun Gunung Merbabu tetap harus diwaspadai. Gunung itu masih tergolong aktif, meski tak seaktif Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur yang meletus Kamis malam 13 Februari 2014 lalu.

Hanya saja, Gunung Merbabu masih 'malu-malu'. Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono memaparkan, letusan Merbabu tak bisa dikenali sejak berabad-abad silam.

"Masih tergolong aktif, tapi lebih aktif Kelud. Sekarang statusnya normal," terang Surono kepada Liputan6.com.

"Letusannya (Merbabu) tak dikenal sejak tahun 1600."

Dia menjelaskan, ciri-ciri gunung aktif, yakni adanya gempa dan asap dari fumarol (tempat keluarnya gas vulkanik). "Gunung aktif, ada gempa, ada ngebulnya, ada asapnya." (Ndy)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini