Sukses

Wanita Mati Otak Bertahan Hidup Hingga Melahirkan... Lalu `Pergi`

Ia terus bernapas selama berminggu-minggu, meski otaknya telah gagal menjalankan fungsi. Hingga melahirkan bayinya.

Apa yang dialami oleh wanita ini adalah suatu keajaiban. Dalam kondisi otaknya yang mati, ia masih bisa melahirkan putranya.

Adalah Robyn Benson, yang bertahan hidup demi bayinya dengan sebuah ventilator. Ia terus bernapas selama berminggu-minggu, meski otaknya telah gagal menjalankan fungsi. Hal tersebut dilakukan agar bayi yang tumbuh di rahimnya bisa bertahan hidup.
 
Perasaan sedih tentu saja menghinggapi keluarga Robyn di British Columbia, Kanada tak lama setelah Natal.

Peristiwa itu bermula saat Robyn yang sedang mengandung 22 minggu tiba-tiba saja mengeluhkan sakit kepala yang tidak tertahankan. Dia pun menyuruh suaminya, Dylan Benson, untuk segera membeli obat pereda sakit kepala.

Namun saat sang suami kembali dengan obat pesanannya, Robyn ditemukan telah tergeletak di lantai kamar mandi tanpa respons apa pun. Tapi dia masih bernapas.

Dokter di rumah sakit mengatakan Robyn mengalami pendarahan pada otak. Tak lama berselang, otak Robyn dinyatakan mati.

Situasi tersebut membuat Dylan dalam posisi serba salah. Dia begitu menanti kelahiran anaknya, namun saat itu juga akan menjadi akhir dari hidup istrinya.

Saat waktunya tiba pada hari Sabtu 8 Februari, dokter membantu persalinan wanita berusia 32 tahun itu. Dan Robyn meninggal pada hari berikutnya.

"Pada hari Minggu, kami harus mengucapkan selamat tinggal pada wanita terkuat dan paling hebat yang pernah aku temui," kata Dylan dalam situsnya seperti yang dikutip Liputan6.com dari CNN, Rabu (12/2/2014).

Seorang juru bicara rumah sakit mengatakan, bayi laki-laki yang diberi nama Iver Benson itu kini berada di unit perawatan intensif neonatal. Dia akan dirawat di rumah sakit selama 8 minggu ke depan.

"Dia baik, masih belajar untuk bernapas dan semuanya. Dia bayi laki-laki kecil yang lucu," ujar Dylan.

Banjir Bantuan

Dylan sang ayah berterima kasih atas dukungan yang diterimanya selama ini. Dia juga mengatakan istrinya akan sangat bangga seandainya dia masih hidup.

"Saya merasa sangat, sangat, sangat bersyukur. Saya mendapatkan respons positif yang begitu luar biasa, dan itu membuat saya lebih mudah menghadapi semuanya," ungkap Dylan.

Sebuah kampanye penggalangan dana online untuk mendukung keluarga Robyn pun telah dilaksanakan bulan ini. Kampanye yang diberi nama The Baby Iver Fund ini mulanya menargetkan bantuan sebanyak US$ 36 ribu atau sekitar Rp 435 juta. Hingga Selasa 11 Februari sore, dana yang terkumpul sudah lebih dari US$ 150 ribu atau sekitar Rp 1,8 miliar.

Uang itu rencananya akan digunakan untuk membayar tagihan rumah sakit, perlengkapan bayi, penitipan anak, tempat tinggal, makanan, transportasi, dan dana pendidikan untuk bayi Iver.

"Saya ingin berterima kasih kepada semua orang di seluruh dunia. Saya berharap bahwa bantuan itu membuat Iver memiliki kehidupan yang layak," tutup Dylan.

Kasus Serupa

Kasus ini memiliki persamaan dengan kasus Marlise Munoz di Texas, Amerika Serikat pada bulan Januari lalu. Marlise dinyatakan dinyatakan mati otak ketika sedang mengandung seorang bayi perempuan berumur 14 minggu. Dia dibantu oleh alat-alat medis yakni ventilator untuk membuat jantung dan paru-parunya tetap bekerja, meski pada dasarnya dia sudah tidak bernyawa.

Namun ada dua perbedaan dalam kedua kasus serupa ini. Dalam kasus Marlise, suaminya menginginkan ventilator di tubuh Marlise dicabut. Pihak rumah sakit juga menyatakan janin yang dikandung Marlise tidak layak. Pengadilan pun akhirnya memerintahkan rumah sakit untuk melepas ventilator.

Sementara dalam situasi Robyn, anggota keluarga dan dokter sepakat untuk terus mempertahankan ventilator pada tubuh Robyn. Robyn pun bisa melahirkan buah hatinya melalui operasi caesar. Meski sehari setelahnya Robyn harus pergi untuk selama-lamanya. (Rsc/Tnt)

Baca juga:

Bayi Hope Juarez Lahir Hampir Tanpa Darah

Terlambat Operasi Caesar, Bayi Tewas 8 Jam Setelah Lahir

10 Hari Berharga Bersama Bayi Zion

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.