Sukses

Anfrel: Definisi Politik Uang Tak Jelas

Seharusnya, kegiatan memberi makanan, minuman, atau barang-barang lain, sudah bisa dianggap sebagai praktik politik uang. Secara umum, Anfrel menilai, kualitas pemilihan presiden cukup baik.

Liputan6.com, Jakarta: Jaringan Pemantau Pemilu Asia atau Asian Network for Free Elections (Anfrel) mengkritik tak jelasnya definisi politik uang yang dimaksud selama pelaksanaan Pemilu 2004 di Indonesia. Padahal, menurut Anfrel, kegiatan memberi makanan, minuman, atau barang-barang lain, seharusnya sudah bisa dianggap sebagai praktik politik uang.

Dalam konferensi persnya, baru-baru ini, Anfrel membeberkan fakta yang ditemukan aktivisnya di Kalimantan Selatan. Di sana, tim sukses calon presiden dan wakil presiden dari Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, diketahui mengajak masyarakat mengikuti kegiatan menonton sepak bola bersama. Tim sukses SBY-Kalla juga membagikan rokok, makanan, dan minuman. Bagi Anfrel, kegiatan itu sudah termasuk tindakan pembelian suara dan karena itu, harus dikenai sanksi. Kasus lain yang serupa juga dilakukan tim kampanye capres lainnya.

Di sisi lain, Anfrel menilai adanya kerawanan, terutama berkaitan dengan netralitas petugas pemilu. Kerawanan ini disebabkan honor rendah yang mereka terima. Anfrel juga menyoroti soal kualitas tinta yang cepat hilang. Menurut Anfrel, kondisi ini memungkinkan masyarakat bisa mencoblos lebih dari sekali. Namun demikian, secara umum, kualitas pemilu presiden sudah cukup baik. Anfrel menyarankan kekurangan yang ada dalam pemilu putaran kedua, diperbaiki dalam putaran kedua mendatang.

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta akan mengumumkan hasil akhir proses penghitungan suara pemilihan presiden secara manual Jumat petang nanti. Saat ini, mereka tengah mempersiapkannya. Proses penghitungan suara pilpres secara manual ini akan dimulai pukul 14.00 WIB atau seusai salat Jumat dan terbuka umtuk umum. Diperkirakan, proses penghitungan berlangsung sekitar dua jam.

Sementara berdasarkan proses penghitungan suara KPU Jakarta sebelumnya yang menggunakan teknologi informasi, pasangan SBY-Kalla meraih lebih dari 1.900.000 suara atau sekitar 38,14 persen. Pasangan capres-cawapres dari Partai Amanat Nasional, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo berada di peringkat kedua dengan lebih dari 1.300.000 atau 27,14 persen, disusul kandidat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Sukarnoputri-Hasyim Muzadi, dengan 22,59 persen, pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid, 9,6 persen, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar dengan 2,35 persen. KPU Jakarta juga mencatat, dari total pemilih sebanyak 6.800.000 orang yang terdaftar di Jakarta, sekitar 500 ribu orang tak menggunakan hak pilihnya.(SID/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini